KSP: Pemilu dan Lebaran Akan Dorong Pertumbuhan Ekonomi 2019
Perhelatan Pemilu dan perayaan Idul Fitri pada semester I akan menjadi pendorong pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% tahun ini. Kedua faktor tersebut menjadi mesin penggerak konsumsi masyarakat.
Deputi III Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Presiden (KSP) Denni Puspa Purbasari mengatakan, pemerintah menggelontorkan biaya RP 24 triliun untuk pendanaan Pemilu 2019. Dengan terpacunya ekonomi pada enam bulan pertama, target pemerintah akan tercapai pada akhir tahun.
"Semester I itu pertumbuhan ekonomi jadi lebih tinggi karena dua ini," kata Denni di acara Indonesia Economic Day 2019 yang diselenggarakan Katadata, di Jakarta, Kamis (31/1).
Selain itu, pemerintah juga akan menggenjot belanja dalam semester II mendatang. Apalagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki pola mempercepat belanja sejak tahun-tahun sebelumnya. "Dan polanya memang (berdampak) signifikan," kata dia.
Berbeda dengan periode pertama yang memilih konsolidasi politik dulu, kali ini Jokowi tidak akan menunggu waktu lama untuk melanjutkan reformasi. Bahkan bisa saja perbaikan dilakukan usai pemilihan Presiden April nanti. "Jadi tiga atau empat bulan tersisa bukan jadi sayang (bila tidak dikerjakan)," kata Denni.
Pada sidang kabinet awal Januari ini, Jokowi mengatakan Indonesia masih menghadapi tantangan eksternal yang tidak ringan. Oleh sebab itu, Jokowi meminta konsolidasi sektor riil, yakni dunia usaha dan industri, dengan otoritas moneter dan fiskal. "Langkah tegas dan konsisten dalam mengendalikan impor bisa kita lakukan serta memajukan ekspor," pesan Jokowi.
(Baca: Strategi Sri Mulyani Dongkrak Pertumbuhan di Tengah Ketidakpastian)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengatakan, pemerintah akan berupaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Instrumen fiskal disiapkan untuk mengatasi kemiskinan, meningkatkan ketersediaan lapangan pekerjaan, memperbaiki sumber daya manusia hingga menciptakan iklim investasi yang kondusif dan industrialisasi.
Menurutnya, pengelolaan instrumen fiskal sangat penting di tengah ketidakpastian global. Sebab, dengan begitu pemerintah dapat melanjutkan pembangunan infrastruktur, mitigasi risiko bencana, hingga alokasi sejumlah program sosial.
Selain itu, pemerintah juga meningkatkan kinerja ekspor guna menjaga pertumbuhan ekonomi. Peningkatan ekspor dilakukan dengan memperbaiki daya saing dalam negeri. Kemudian, permintaan domestik akan terus dijaga tetap kuat.
Tidak hanya itu, konsumsi rumah tangga sebagai motor pertumbuhan ekonomi akan terus dijaga momentumnya. Sumber pertumbuhan lainnya, investasi akan terus ditingkatkan dengan pemberian sejumlah insentif.
Sebelumnya, pemerintah telah memberikan insentif pengurangan pajak (tax allowance) dan libur pajak (tax holiday). Bahkan, Sri Mulyani juga merevisi ketentuan tax holiday sehingga saat ini dapat dinikmati oleh investor dari 18 sektor, termasuk sektor digital.
(Baca: BI: Dampak Kenaikan Bunga ke Pertumbuhan Ekonomi Baru pada 2020)