Indonesia Harus Terbiasa dengan Pelemahan Ekonomi Tiongkok

Image title
Oleh Tim Redaksi
10 Februari 2019, 10:00
 Managing Director of DBS Bank Taimur Baiq dan Presiden Direktur DBS Indonesia Paulus Sutisna.
Ilustrator: Betaria Sarulina
Managing Director of DBS Bank Taimur Baiq dan Presiden Direktur DBS Indonesia Paulus Sutisna.

Perekonomian Indonesia tahun ini masih akan menghadapi tantangan perlambatan ekonomi global akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok. Kegagalan penyelesaian perang dagang kedua negara telah memicu Dana Moneter Dunia (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 dan 2020 masing-masing berkurang 0,2% dan 0,1% menjadi 3,5% dan 3,6%.

Selain tekanan global, Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Untuk mengetahui tantangan perekonomian Indonesia di mata perbankan asing, Katadata.co.id mewawancarai Chief Economist and Managing Director of DBS Bank, Taimur Baig, dan Presiden Direktur Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna.

Advertisement

Baik Taimur dan Paulus kompak mengatakan mengenai tantangan perlambatan ekonomi Tiongkok dan ketidakhawatiran mereka akan kondisi politik Indonesia.

“Selama dua dekade terakhir, Indonesia telah menunjukkan lembaga-lembaga politiknya stabil dan transisi demokrasi terjadi secara damai,” kata Taimur dalam wawancara khusus dengan Desi Dwi Jayanti dan Hindra Kusuma Wijaya di sela-sela acara DBS Asian Insights 2019 yang merupakan rangkaian dari Indonesia Economic Day di Jakarta, akhir Januari lalu.

Pernyataan Taimur dan Paulus ini sesuai dengan hasil survei Katadata Investor Confidence Index (KICI) yang dipublikasikan pada Kamis, 31 Januari lalu. Survei tersebut menunjukkan investor lebih mengkhawatirkan kondisi perekonomian global dibandingkan kondisi keamanan dan politik dalam negeri.

(Baca juga: Jelang Pilpres, Investor Khawatirkan Ekonomi Global Daripada Politik)

Belakangan rupiah semakin menguat dan sempat menyentuh level Rp 13.900 per US$. Faktor apa yang menyebabkan penguatan rupiah akhir-akhir ini?

Taimur: Sebagian besar akibat faktor eksternal. Federal Reserve Amerika Serikat memberi sinyal tidak mengubah tingkat suku bunganya saat ini dan menyebabkan kenaikan kurs negara-negara pasar berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tetapi saya tekankan bahwa kenaikan di Indonesia lebih kuat daripada kebanyakan negara-negara pasar berkembang, sehingga investor tampaknya lebih menyukai Indonesia.

Apakah faktor eksternal yang utama mempengaruhi pergerakan rupiah?

Taimur: Faktor eksternal yang utama adalah kebijakan suku bunga Federal Reserve. Tetapi secara umum investor berharap bahwa ketegangan perdagangan AS-Tongkok akan mereda. Tiongkok akan mengeluarkan cukup banyak stimulus kebijakan, dan ekonomi akan berhenti tergelincir. Semua hal itu diharapkan dapat mendukung pasar negara berkembang dan oleh karena itu kita melihat arus modal kembali masuk ke ekonomi pasar berkembang, khususnya di Indonesia.

Apakah Anda melihat fenomena ini akan bertahan untuk jangka panjang?

Taimur: Tidak. Itu tidak akan menjadi fenomena jangka panjang dan saya pikir itu hanya fenomena satu atau dua kuartal. Federal Reserve akan menaikan suku bunga acuannya pada pertengahan tahun ini jika melihat pertumbuhan bertahan dikisaran 2,5-3% dalam dua kuartal berikutnya.

Institusi keuangan global kembali merevisi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Dari sudut pandang Anda, seberapa mengkhawatirkan kondisi ekonomi global saat ini?

Taimur: Menurut saya, kondisi ekonomi global memiliki hambatan jangka pendek, khususnya sehubungan dengan penutupan pemerintah di AS setelah ada banyak ketidakpastian, juga masih adanya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok.

Tetapi ada juga beberapa alasan struktural selain jangka pendek yang memperlambat ekonomi global, terutama Tiongkok. Tiongkok telah tumbuh dengan tingkat yang sangat tinggi selama dua dekade terakhir. Saat ini karena ekonominya tumbuh semakin besar, bobot ekonomi membuat pertumbuhannya berjalan lebih lambat.

Jadi saya pikir perlambatan global akan terjadi secara struktural, sangat sedikit yang bisa kita lakukan. Kita telah diuntungkan dengan sangat kuatnya tingkat permintaan Tiongkok selama dua dekade terakhir.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement