Usai Pemilu, MNC Group Luncurkan Proyek Properti Senilai Rp 28 Triliun
Pengusaha dan pemilik MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan bahwa ajang pemilihan umum (pemilu) membuat banyak investor menunda untuk berinvestasi di dalam negeri. Karena alasan pemilu inilah Hary Tanoe memutuskan baru akan meluncurkan proyek properti milik MNC Group yang berlokasi di Lido, Jawa Barat, dan Tanah Lot, Bali, hingga pemilu 2019 selesai.
"Tadinya mau launching Maret tapi ditunda ke Mei setelah semuanya jelas, baru kami launching. Sebab kalau dilaunching sekarang, orang juga masih menunggu (pemilu selesai)," katanya di iNews Tower, Jakarta, Kamis (14/2).
Kedua proyek properti yang nilai investasinya mencapai US$ 2 miliar dalam lima tahun ke depan, atau sekitar Rp triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS, akhirnya dijadwalkan meluncur Mei 2019 dari semula Maret 2019. Kendati demikian, Hary mengatakan kedua proyek tersebut tidak akan diluncurkan secara bersamaan, melainkan bertahap dalam dua sampai tiga tahun. "Jalan-jalan, golfnya, sudah mau selesai sesuai schedule," kata Hary menambahkan.
Meski, investor memilih menunggu hingga pemilu berakhir, namun jika pemilu berjalan aman dan lancar sesuai rencana, maka faktor risiko global terhadap ekonomi dalam negeri tidak akan signifikan. Risiko global yang bisa mempengaruhi ekonomi dalam negeri seperti kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang saat ini semakin tertutup.
(Baca: Tepis Keterlibatan Trump, MNC Mengaku Lido City Gandeng BUMN Tiongkok)
Hary memperkirakan, jika hasil pemilu berjalan baik, maka investor akan lebih agresif di pasar modal. Pasalnya, banyak perusahaan yang saat ini menunda untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dan investasi secara langsung, mengeksekusi rencana untuk IPO dan berinvestasi secara langsung setelah pemilu.
Pada kesempatan yang sama, Head of Institutional Research Thendra Crisnanda mengatakan pasar modal Indonesia masih akan diperhadapkan dengan tingginya risiko atas ketidakpastian pasar global. Hal itu berpotensi memicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan memicu terjadinya arus modal keluar.
Tantangan untuk pasar modal Indonesia seperti kekhawatiran atas efek nyata dari perang dagang dan berlanjutnya pengetatan moneter global. Selain itu perlambatan ekonomi Tiongkok dan krisis di pasar negara berkembang atau emerging market. Sementara dari dalam negeri berasal dari masih tingginya defisit neraca berjalan.
Namun, dia meyakini fundamental ekonomi domestik masih solid ditopang oleh pertumbuhan konsumsi domestik, yang dinilai sebagai pertahanan terakhir bagi Indonesia. Perekonomian Indonesia diproyeksikan bertumbuh sebesar 5,2% hingga 5,3% di tahun 2019, diikuti dengan estimasi pertumbuhan laba korporasi sebesar 10% hingga 12%.
(Baca: MNC Studios Targetkan Dana IPO hingga Rp 1,01 Triliun )