Efek 212, PDIP dan Gerindra Bersaing Ketat di Segmen Pemilih Muslim
Hasil sigi terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bersaing ketat dengan Gerindra di kantong pemilih muslim. Saat ini, selisih perolehan suara PDIP dan Gerindra di basis pemilih tersebut hanya terpaut 1,8%.
Elektabilitas PDIP di basis suara pemilih muslim sebesar 18,4%. Sementara, elektabilitas Gerindra sebesar 16,6%. "PDIP masih paling banyak dipilih oleh pemilih muslim namun dengan jarak yang sangat tipis dengan Gerindra," kata Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar di kantornya, Jakarta, Rabu (20/2).
Tipisnya selisih elektabilitas kedua partai itu lantaran suara PDIP di basis pemilih muslim turun drastis per Januari 2019. Pada Desember 2018, PDIP masih memegang elektabilitas sebesar 24,6%. Angka tersebut turun 6,2% pada bulan lalu.
Sementara itu, elektabilitas Gerindra di basis pemilih muslim meningkat sebesar 2,3% dibandingkan Desember 2018. Akhir tahun lalu, tingkat keterpilihan partai berlambang kepala garuda itu sebesar 16,6%.
Rully mengatakan, drastisnya penurunan elektabilitas PDIP salah satunya dipengaruhi oleh menguatnya gerakan Persaudaraan Alumni (PA) 212 pada Desember 2018. PDIP merupakan pengusung utama pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang distigmakan kurang bersahabat terhadap Islam.
Alhasil, suara pemilih muslim dari partai berlambang banteng itu pun lebih banyak beralih kepada Gerindra yang menjadi pengusung utama pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. "Jika pemilih Jokowi tak kuat di pemilih muslim, yang mengambil keuntungan dari pemilih muslim adalah Partai Gerindra dan Prabowo-Sandi," kata Rully.
(Baca: LSI Denny JA: Elektabilitas Jokowi di Kalangan Pemilih Muslim Turun)