Jargas Rampung, 5.120 Rumah di Bogor Dapat Akses Gas Murah

Image title
27 Februari 2019, 18:21
Peresmian Jargas di Bogor
Kementerian ESDM

PT Perusahaan Negara (PGN) tengah menambah jaringan gas (jargas) untuk rumah tangga dan pelanggan kecil di wilayah Bogor, Serang, dan Cirebon. Penambahan Jargas yang menyasar pengguna rumah tangga ini diharapkan akan meningkatkan penggunaan energi yang lebih baik, terjamin, dan murah. 

Pembangunan Jargas di wilayah tersebut merupakan proyek yang didanai anggaran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dari paket pengerjaan tersebut, PGN telah merampungkan pembangunan jargas untuk wilayah Bogor.

Jargas tersebut akan mengaliri sebanyak 5.120 sambungan rumah atau SR, tepatnya di wilayah Kecamatan Cibinong dan Bojong Gede. Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Dilo Seno Widagdo mengatakan pada tahap pengoperasian nanti, PGN akan memanfaatkan sumber gas yang berasal dari Pertamina EP dengan volume mencapai 0,2 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

"Perluasan Jargas ini adalah upaya bersama untuk memperluas dan pemerataan pemanfaatan kekayaan alam negeri ini,” ujar Dilo dalam keterangan resminya, Rabu (27/2). (Baca: Pemerintah Siapkan Aturan Demi Target 1 Juta Jaringan Gas)

Gas merupakan energi masa depan yang sangat membantu kehidupan masyarakat. Indonesia melalui PGN mempunyai potensi besar sebagai penyangga dan pelayan bagi masyarakat. Dia mengatakan sejauh ini sinergi antara Pemerintah dan PGN terus dilakukan demi perluasan pembangunan Jargas. Dirinya juga mengatakan banyak skema yang digunakan ke depan untuk merealisasikan pembangunan Jargas.

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan masyarakat bisa menghemat hingga Rp 100 ribu per bulan, ketimbang menggunakan gas elpiji. "Selain itu, dengan penggunaan jargas juga bisa mengurangi beban negara kurangi impor LPG," katanya saat meresmikan jargas ini.

Menurutnya ada beberapa keunggulan gas pipa, khususnya yang didistribusikan PGN. Pasokan gas yang disalurkan PGN lebih banyak berasal dari hasil kekayaan alam dalam negeri. Artinya, dari sisi makro, penggunaan gas pipa bagi konsumsi rumah tangga, tak membebani neraca perdagangan lantaran impor gas yang terjadi pada gas elpiji.

(Baca: Pembangunan Jaringan Gas Terkendala Anggaran)

Ia menuturkan, konsumsi LPG per tahunnya bisa mencapai 6,5 juta ton, sementara produksi LPG nasional hanya 2,5 juta ton. Itu artinya, sebanyak 4 juta ton LPG harus diimpor, atau jika dihitung nilainya, sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.

Gas pipa yang dijajakan PGN merupakan jenis gas metana berbobot jenis ringan, sehingga cepat dan gampang menguap, minim risiko kebakaran. Sedangkan gas Elpiji merupakan gas propana dengan bobot massa lebih berat, mudah tersulut.

Keunggulan lain khusus konsumen rumah tangga, akan menghemat ongkos penggunaan gas. Karena, tarif per kubik gas PGN lebih murah dari gas tabung, bahkan elpiji 3 kilogram yang selama ini disubsidi pemerintah. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, sejak dibangun pertama kali tahun 2009, total SR jargas yang terbangun dengan dana APBN hingga saat ini sebanyak 325.773 SR. Jargas yang telah beroperasi ini tersebar pada 16 Provinsi dan 40 Kabupaten/Kota.

Ada beberapa persyaratan agar sebuah jargas bisa terbangun di suatu daerah seperti dekat dengan sumber gas. Lalu, spesifikasi gas bumi terpenuhi yakni tidak membahayakan masyarakat, terdapat potensi pasar pengguna, adanya komitmen pemerintah daerah, serta memenuhi kaidah keselamatan dan keteknikan.

(Baca: Target Pembangunan Jaringan Gas Kota Terancam Tak Tercapai)

Kementerian ESDM juga menargetkan satu juta jargas pada 2023. Untuk mendukung target itu, pemerintah menyiapkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang jargas. Namun, sejak diusung tahun lalu aturan anyar itu masih belum rampung atau terbit hingga kini.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...