Harga Bahan Makanan Turun, Februari 2019 Terjadi Deflasi 0,08%
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi bulanan sebesar 0,08% pada Februari 2019. Dengan perkembangan tersebut, maka inflasi tahunan sebesar 2,57%. Penyebabnya, penurunan harga berbagai bahan makanan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengungkapkan deflasi pada Februari tahun ini sebagai pencapaian paling baik untuk periode sama sejak 2017. "Harga kebutuhan masyarakat cukup rendah dibandingkan dua tahun sebelumnya," kata dia dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (1/3).
Sebagai gambaran, pada Februari 2018, inflasi bulanan mencapai 0,23%. Sedangkan pada Februari 2017, inflasi bulanan 0,17%. Sebelumnya, pada Februari 2016 terjadi deflasi 0,09%, lebih rendah dibandingkan deflasi Februari 2019.
(Baca: Survei BPS: Rantai Dagang Kian Pendek, Harga Tiga Bahan Pangan Rendah)
Yunita menjelaskan, bahan makanan merupakan satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi. "Kelompok lainnya mengalami inflasi," ujarnya.
Kelompok bahan makanan mengalami deflasi 1,11%, dengan andil terhadap perhitungan total inflasi/deflasi yaitu -0,24%. Penyebabnya yakni penurunan harga adalah daging ayam ras, cabai merah, telur ayam ras, bawang merah, cabai rawit, ikan segar, wortel, dan jeruk.
Bahan makanan lainnya tercatat mengalami kenaikan harga, yaitu beras, mie kering instan, serta bawang putih. Namun, andil ketiga komoditas ini terhadap perhitungan total inflasi/deflasi tergolong kecil, masing-masing hanya 0,01%.
(Baca: Jaga Inflasi Rendah, Menko Darmin Ingin Harga Pangan Dikendalikan)
Di sisi lain, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi 0,31% dengan andil ke perhitungan total inflasi/deflasi sebesar 0,06%. Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami inflasi 0,25% dengan andil sebesar 0,06%.
Meski begitu, Yunita menjelaskan, khusus komponen energi mengalami deflasi. "Bensin khususnya yang nonsubsidi mengalami penurunan, yaitu harga Pertamax dan Pertamax Turbo," kata dia.
Selanjutnya, kelompok sandang mengalami inflasi 0,27%, kelompok kesehatan inflasi 0,36%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga inflasi 0,11%, dan kelompok transportasi, komunikasi, serta jasa keuangan inflasi 0,05%. Namun, masing-masing kelompok hanya menyumbang 0,01% tehadap perhitungan total inflasi/deflasi.
Berdasarkan komponen, inflasi inti tercatat sebesar 0,26% dengan andil 0,15%, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) 0,06% dengan andil 0,02%. Sementara itu, harga bergejolak (volatile food) mengalami deflasi 1,30% dengan andil -0,25%.
BPS mencatat sebanyak 69 kota mengalami deflasi pada Februari 2019, tetapi 13 kota masih mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Merauke yang mencapai 2,11% karena penurunan harga sayuran dan cabai. Sementara itu, inflasi paling besar terjadi di Tual yakni 2,98% karena harga bayam dan ikan segar meningkat pesat.