Wacana Kementerian Ekspor, Mendag: Itu Wewenang Presiden Jokowi
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita enggan berkomentar banyak mengenai wacana pembentukan Kementerian Investasi dan Kementerian Ekspor seperti yang dilontarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat ini, pihaknya sedang berfokus terhadap sejumlah hal, terlebih menjelang pemilihan umum (pemilu).
Menurut Enggar, rencana pembentukan dua kementerian tersebut merupakan kewenangan presiden. "Mau bagaimana kabinet itu dibentuk, hak prerogatif. Saya tidak mau bicara banyak soal itu," kata Enggar di Jakarta, Rabu (13/3).
(Baca: Ekonomi Global Masih Lesu, Mendag Targetkan Ekspor Tumbuh 7,5%)
Sebelumya, wacana pembentukan kementerian investasi dan kementerian ekspor ini mengemuka karena Jokowi merasa kecewa dengan hasil investasi dan ekspor. Indonesia dinilai tertinggal dari negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Karena itu, dia melemparkan keinginan untuk menambah dua kementerian baru yang khusus mengurusi dua sektor tersebut. Harapannya, bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.
Kinerja ekspor belum menunjukan geliatnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) total ekspor pada Januari 2019 turun 3,24 % menjadi US$ 13,87 miliar dibanding kan Desember 2018 sebesar US$ 14,33 miliar. Sedangkan bila dibanding Januari 2018 (yoy) yang mencapai US$ 14,55 miliar berarti turun 4,70 %.
Lemahnya kinerja ekspor juga menjadi salah satu penyebab melebarnya neraca dagang pada Januari 2019, sementara di sisi lain nilai impor turun. Perlambatan perekonomian global serta fluktuasi harga komoditas juga menjadi penyebab lain defisit perdagangan Januari 2019. "Banyak hal yang menjadi tantangan perdagangan tahun ini," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Jumat (15/2).
(Baca: Ekspor Melambat, Neraca Dagang Kuartal I 2019 Diramal Defisit US$ 3 M)
Pada Januari 2019, neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 1,16 miliar, melebar dari realisasi defisit perdagangan periode Desember 2018 sebesar US$ 1,03 miliar. Angka tersebut juga lebih besar dibanding defisit neraca perdagangan Januari 2018 yang tercatat sebesar US$ 760 juta.
Lihat Databoks berikut ini: