Infrastruktur Langit, Menghubungkan Nusantara dengan Palapa Ring

Hari Widowati
18 Maret 2019, 16:01
Debat Cawapres ketiga dengan cawapres nomor urut 01 Maruf Amin di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019). Debat ketiga yang hanya diikuti cawapres mengangkat tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan sosial-kebudayaan
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin dalam debat ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019). Ma'ruf menyebut pemerintahan jokowi telah membangun infrastruktur langit, termasuk Palapa Ring dan satelit.

Debat ketiga dalam perhelatan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 cukup menyedot perhatian masyarakat. Salah satunya, soal pernyataan calon presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin yang menyebut pembangunan infrastruktur langit.

Pernyataan Ma'ruf sempat mengundang tawa dari para tamu undangan yang hadir di Hotel Sultan, Minggu (17/3). Ma'ruf lantas memperjelas konteks ucapannya. "Infrastruktur langit itu lewat Palapa Ring, digital sehingga sekarang tumbuh usaha-usaha seperti startup," kata Ma'ruf.

Ia juga menyebut infrastruktur digital tersebut memungkinkan Indonesia memiliki unicorn atau startup (perusahaan rintisan) yang valuasinya lebih dari US$ 1 miliar. Bahkan, dalam waktu dekat akan lahir decacorn, yang memiliki valuasi US$ 10 miliar ke atas.

Ini bukan pertama kalinya mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menyinggung soal infrastruktur langit. Ma'ruf juga pernah menyebut Palapa Ring sebagai tol langit. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Palapa Ring dan mengapa disebut sebagai infrastruktur langit?

Cikal-bakal kelahiran Palapa Ring adalah proyek Nusantara 21 yang muncul pada 1998. Sayangnya, krisis ekonomi membuat proyek tersebut terbengkalai. Baru pada ajang Infrastructure Summit I pada 2005, wacana pembangunan infrastruktur telekomunikasi kembali mengemuka.

(Baca: Telkom dan Lintasarta Mulai Manfaatkan Palapa Ring Tengah)

Ada proyek Cincin Serat Optik Nasional (CSO-N) berupa jaringan kabel bawah laut berbentuk cincin yang terintegrasi dan berisi frekuensi internet pita lebar. Proyek yang diprakarsai oleh PT Tiara Titian Telekomunikasi diperkirakan membentang sepanjang 25.000 kilometer dari Sumatera Utara hingga Papua.

Ide ini yang diadopsi pemerintah menjadi Palapa Ring sejak 2007 atau pada masa pemerintahan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono. Proyek jaringan serat optik nasional ini digadang-gadang dapat menghubungkan 34 provinsi dan 440 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jaringan yang akan dibangun membentuk cincin yang mengitari tujuh pulau, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Pada 5 Juli 2007 telah terbentuk konsorsium beranggotakan tujuh perusahaan telekomunikasi untuk membangun jaringan serat optik di Kawasan Indonesia Timur sepanjang 10 ribu km. Lalu pemerintah juga membuka tender skala nasional untuk proyek Palapa Ring pada Oktober 2007. Pembangunan proyek dimulai pada 2008 dan ditargetkan selesai 2013. Namun, lagi-lagi proyek terhenti hingga pemerintahan berganti.

Tender Palapa Ring Dilanjutkan di Era Jokowi

Pemerintahan Joko Widodo (Joko Widodo) membuka kembali tender Palapa Ring pada 2015. Skema pembiayaan yang digunakan adalah Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan availability payment.

Palapa Ring di era Jokowi dibangun untuk mengikis kesenjangan koneksi internet pita lebar (broadband) antara Pulau Jawa dengan wilayah lainnya di Indonesia. Jaringan internet sepanjang 12.148 kilometer (km) yang terbentang dari Sabang sampai Merauke ini terbagi ke dalam tiga wilayah atau tiga paket.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...