Pemilu akan Sumbang Pertumbuhan Ekonomi 0,3%
Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto meyakini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai 5,2%. Salah satu faktor pendorongnya yaitu gelaran pesta demokrasi pemilihan umum presiden dan wakil presiden, serta pemilihan umum anggota legislatif.
Ryan mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia di dua bulan pertama 2019 ini telah mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari angka purchasing manager's index (PMI) manufaktur periode Februari 2019 yang berada pada level 50,1 atau naik dari 49,9 pada periode Januari 2019.
"Indeks PMI di bawah 50 itu artinya terjadi kontraksi, indeks di atas 50 itu ekspansi. Di Januari terjadi kontraksi, namun di Februari sudah ekspansi kembali, tapi masih tipis. Adanya pemilu justru sedikit memberikan stimulus untuk pertumbuhan," kata Ryan di acara pelatihan wartawan ekonomi dan moneter Bank Indonesia (BI), di Yogyakarta, Sabtu (23/3).
Ryan mencontohkan kondisi perekonomian pada masa pemilu 2009 dan 2014. Kegiatan politik pada dua pemilu tersebut menyumbang pertumbuhan ekonomi sekitar 0,2-0,3% yang didorong oleh political spending seperti seperti kampanye, pembuatan kaos, jaket, umbul-umbul dan sebagainya.
(Baca: Ditopang Bansos, BI Hitung Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2019 di 5,2%)
Dukungan Kebijakan BI
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini, Bank Indonesia (BI) menyatakan akan menerapkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif (pro pertumbuhan), salah satunya dengan melonggarkan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) untuk mendorong perbankan agar lebih ekspansif dalam mengucurkan kredit.