IHSG Terkoreksi di Tengah Penguatan Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.461 pada perdagangan sesi pagi, Senin (1/4). Ini artinya, indeks turun 0,11% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Kondisi ini berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham Asia yang naik cukup signifikan.
IHSG hanya bertahan di zona hijau selama lima menit awal perdagangan, kemudian jatuh ke zona merah. Sejauh ini, level tertinggi indeks 6.492 dan terendah 6.444. Koreksi indeks ini melanjutkan koreksi pada akhir pekan lalu yang sebesar 0,19%.
(Baca: Investor Main Aman Jelang Pemilu, IHSG Akhir Pekan Turun 0,19%)
Di sisi lain, mayoritas bursa saham Asia naik cukup signifikan. Nikkei 225 dan Topix di Jepang naik masing-masing 1,43% dan 1,52%, Hang Seng di Hong Kong naik 1,56%, CSI 300 di Tiongkok naik 2,3%. Indeks di negara-negara berkembang Asia juga positif, tercermn dari MSCI AC Asia Pacific yang naik 0,79%.
Bila dilihat secara sektoral, pemberat IHSG yaitu saham emiten sektor infrastruktur. Indeks sektor infrastruktur turun 1,56%, diikuti Aneka Industri 0,49%. Di sisi lain, indeks sektor properti dan pertambangan menjadi penopang dengan kenaikan masing-masing 2% dan 0,46%.
Secara keseluruhan, ada 162 saham yang terapresiasi, 206 saham terkoreksi, dan 130 saham stagnan. Volume perdagangan tercatat sebanyak 7,97 miliar saham dengan nilai mencapai Rp 3,53 triliun. Adapun investor asing tercatat masih membukukan pembelian bersih, meskipun tipis hanya sebesar Rp 91,2 miliar.
(Baca: Ketidakpastian Global Menurun, Aliran Dana Asing Capai Rp 74,7 Triliun)
Saham yang menduduki posisi top gainers adalah PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) yang sahamnya menguat 9,04% menjadi Rp 1.025 per saham. Saham properti lain yang menguat yaitu PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) di mana menguat 8,50% menjadi Rp 1.085 per sahamnya.
Sementara itu, saham yang menjadi top losers adalah PT Sky Energy Indonesia Tbk. (JSKY) yang terkoreksi 19,46% menjadi Rp 1.490 per saham. Lalu, ada saham PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) yang terkoreksi 12,90% menjadi Rp 270 per saham.
Adapun Analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya memprediksi potensi besar kenaikan IHSG pada Senin (1/4) ini. Penunjangnya, rilis data perekonomian yaitu inflasi yang diprediksi terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis inflasi bulanan pada Maret sebesar 0,11%.
Menurut dia, IHSG berpotensi untuk mengakhiri fase konsolidasi. “Sehingga dapat segera mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya yang baru dalam beberapa waktu mendatang, hari ini IHSG berpotensi menanjak," kata dia.