Gaet Konsumen, E-commerce Rilis Fitur Hiburan hingga Bursa Produk Asli
Riset Google dan Temasek menunjukkan, pertumbuhan transaksi e-commerce di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Beberapa marketplace besar pun berlomba untuk membuat pengguna betah dan berbelanja sebanyak mungkin di platformnya.
“Tidak ada tren khusus, tetapi e-commerce selalu mencari cara baru yang belum pernah dicoba pemain lain untuk menggaet konsumen,” ujar Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius kepada Katadata, Selasa (9/4).
(Baca: Ulang Tahun Ketujuh, Lazada Luncurkan Fitur Streaming di Aplikasi)
Lazada misalnya, merilis fitur siaran langsung (live streaming) dan tiga gim dalam rangka ulang tahun ketujuh pada akhir Maret lalu. Pada tahun lalu, Lazada juga merilis toko virtual yang disebut wonderland.
“Kami harap konsumen kami selalu melihat Lazada sebagai tujuan shoppertainment yang menawarkan ragam pilihan produk, potongan harga, in-app games, konten video menarik, dan live streaming,” ujar Chief Marketing Officer (CMO) Lazada Indonesia Monika Rudijono, akhir Maret lalu.
(Baca: Gelar Promo dan Konser, Lazada Raih 318 Juta Kunjungan dalam Sepekan)
Pesaingnya, yakni Shopee juga menyediakan permainan seperti kuis atau goyang Shopee. Pada pesta belanja 12.12 Birthday Sale tahun lalu, goyang Shopee telah dimainkan 46 juta kali dan kuis Shopee diikuti 11 juta partisipan di tujuh negara.
Tak mau ketinggalan, Bukalapak merilis layanan hiburan seperti gim, video streaming, hingga berbagai event offline berbasis komunitas yang dengan tiket eksklusif yang dijual di platformnya. “Kami menghadirkan sejumlah fitur yang dapat memudahkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari konsumen kami, termasuk dalam hal hiburan,” ujar Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono Intan kepada Katadata.
(Baca: Bukalapak Rilis Fitur Nonton Film Gratis dan Tanpa Kuota)
Beberapa marketplace ini juga merilis platform mal digital dengan menggandeng pemegang merek untuk menghadirkan produk asli guna meningkatkan kepercayaan konsumen. Lazada misalnya, merilis LazMall. Lalu Shopee memiliki ShopeeMall untuk menyediakan produk asli atau original. Konsep seperti ini lebih dulu diusung JD.ID di platformnya.
(Baca: Lazada Luncurkan Format Mal untuk Belanja Produk Original)
Yang teranyar, Tokopedia merilis toko resmi (official store) di platformnya pada akhir Maret 2019 lalu. Di dalamnya, terdapat lebih dua ribu toko pilihan yang sudah memiliki merek resmi, baik lokal maupun internasional. “Yang terpilih ini adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang telah berhasill menciptakan produk dan merek,” ujar Vice President of Merchants Tokopedia Inna Chandika.
(Baca: Tokopedia Resmikan Official Store, Kurasi Lebih 2.000 Toko Pilihan)
Sementara yang lainnya memilih berkolaborasi dengan perusahaan lain, seperti financial technology (fintech) ataupun e-commerce. “Inovasi dan kolaborasi adalah salah satu strategi yang terus Blanja.com lakukan untuk mendorong transaksi kami,” ujar CEO Blanja.com Jemy Confido.
Bhinneka misalnya, merilis toko resmi di Lazada. Chief of Omni Channel Officer (COCO) Bhinneka Vensia Tjhin menyatakan, segmentasi pelanggannya sebanyak 70-80 % berjenis kelamin pria dengan rentang usia 23 - 45 tahun. Dengan menggandeng e-commerce lain, Bhinneka pun berharap tambahan transaksi dari segmen pembeli yang lebih beragam.
(Baca: Bhinneka Gandeng Lazada, Targetkan Pertumbuhan 40%)
Persaingan E-commerce di Indonesia
Riset McKinsey menunjukkan, penetrasi belanja online di Indonesia mencapai 83% dari total pengguna internet pada 2018. Penetrasi ini meningkat sembilan persen dibanding tahun sebelumnya.
Google dan Temasek pun menyebutkan, total transaksi (gross merchandise value/GMV) dari sektor e-commerce di Asia Tenggara mencapai US$ 23 miliar atau setara Rp 333 triliun pada 2018. Indonesia menyumbang 50 % dari total transaksi tersebut.
(Baca: Ketika Pasar Game dan E-Commerce Indonesia Jadi Rebutan Pemain Dunia)
Kedua data ini menunjukkan besarnya potensi e-commerce di Tanah Air. Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memperkirakan, persaingan antara platform besar seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, dan Shopee akan semakin ketat. Oleh karenanya, ia memproyeksikan peningkatan jumlah platform e-commerce tidak akan signifikan ke depan.
Menurut Bhima, kunci bagi e-commerce agar bisa bersaing adalah suntikan modal yang besar. Tambahan modal ini penting untuk meningkatkan promosi. "Total transaksi e-commerce pada 2019 diperkirakan tembus Rp 120 triliun," kata dia, pada akhir 2018 lalu.
(Baca: Prospek Bisnis Digital 2019: Primadonanya Masih E-Commerce dan Fintech)