Kartu 'Sakti' Jokowi Sumbang Kemenangan Versi Hitung Cepat
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menghitung pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul 55,44% dari Prabowo-Sandiaga Uno yang memperoleh suara 44,56%. Kemenangan Jokowi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kebijakan aneka kartu sakti yang digadang calon petahana.
Peneliti LSI Denny JA Fitri Hari mengatakan kemenangan Jokowi didorong oleh enam kebijakan yang telah dilaksanakan selama masa pemerintahannya sejak 2014 lalu. "Kebijakan yang paling disukai responden ialah Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sebesar 93,4%," kata Fitri di Jakarta, Rabu (18/4).
Kemudian, sebanyak 93,6% responden menyukai program Kartu Indonesia Pintar (KIP). KIP merupakan kartu yang diberikan kepada masyarakat tidak mampu untuk membeli peralatan sekolah, seperti buku dan seragam.
(Baca: Hasil Hitung Cepat Memenangkan Jokowi, IHSG Meroket ke Level 6.636,36)
Selain itu, Program Keluarga Harapan (PKH) disukai oleh responden sebanyak dengan tingkat kesukaan 92,2%. Program yang disukai lainnya ialah pembangunan infrastruktur, penyaluran dana desa, dan beras sejahtera (rastra) dengan tingkat kesukaan masing-masing sebesar 92,8%, 92,6%, dan 90,8%.
Secara umum, kata Firtri responden cukup puas dengan kebijakan pemerintahan Jokowi. Sebanyak 69,5% hasil survei menyatakan kepuasannya, sementara 25,5% tidak puas, dan 4,9% tidak tahu atau tidak menjawab.
"Mayoritas masyarakat pemilih cukup puas untuk kinerja Jokowi," kata Fitri. Penilaian tersebut mengacu pada hasil survey LSI Denny JA dilakukan sepekan menjelang pemilihan presiden (pilpres).
Kebijakan kartu sakti kerap diunggulkan Jokowi-Maruf dalam debat Pilpres 2019. Berseberangan dengan Jokowi, Prabowo-Sandi mengagendakan satu kartu untuk beragam kebutuhan masyarakat bawah.
(Baca: Ma’ruf Amin Jawab Kritik Prabowo Soal Kartu Prakerja)
Delapan lembaga survei lain yang mengadakan quick count juga menunjukkan Jokowi-Ma'ruf mengungguli pesaingnya, Prabowo-Sandiaga. Hasil hitung cepat Litbang Kompas dengan sample masuk 97% menunjukkan Jokowi-Maruf memperoleh 54,52% dan Prabowo-Sandi 45,48%.
Indo Barometer dengan sampel masuk 99,67% menunjukkan Jokowi-Maruf memperoleh suara 54,32% dan Prabowo-Sandiaga 45,68%. Charta Politika dengan data sample yang masuk 98,6% menunjukkan Jokowi-Maruf memperoleh suara 54,32% dan Prabowo-Sandiaga 45,68%.
Hasil hitung cepat Poltracking Indonesia dengan sample masuk 99,30% menunjukkan Jokowi-Maruf memperoleh suara 54,87% dan Prabowo-Sandiaga 45,13%. Indikator Politik Indonesia dengan sample masuk 95,7% menunjukkan Jokowi-Maruf memperoleh 53,91% dan Prabowo-Sandiaga 46,09%.
Kemudian, hasil hitung cepat Median dengan data sample yang masuk 98,02% menunjukkan Jokowi-Maruf memperoleh suara 54,58% dan Prabowo-Sandiaga 45,42%.
Fitri pun mengatakan, bila pilpres diperpanjang, hasil suara tidak akan jauh berbeda. Sebab, jumlah pemilih Jokowi telah unggul di kisaran 55% sejak Agustus 2018 hingga pelaksanaan Pilpres.
"Konsistensi angka tersebut tidak pernah berubah atau turun tajam. Jadi tidak terpengaruh waktu," kata dia.
(Baca: Jokowi Kalah di Jabar dan Banten, Moeldoko: Alhamdulillah Tak Amblas)
Meski begitu, Jokowi-Maruf belum melakukan selebrasi kemenangan. Dalam pidatonya Rabu (17/4) malam, Jokowi meminta masyarakat bersabar hingga ada hasil perhitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Dari indikasi exit poll dan quick count, sudah kami lihat semuanya, tapi kita harus bersabar menunggu penghitungan dari KPU secara resmi," kata Jokowi dalam konferensi pers di Djakarta Theater XXI, Jakarta, Rabu (17/4).