Dituduh Bohong, Lembaga Survei Buka Prosedur Hitung Cepat

Image title
20 April 2019, 17:22
Sejumlah Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) melakukan penghitungan suara Pemilu 2019, di Dewan Tun Razak 1 dan 2, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (17/4/19). Kurang lebih 3.000 petugas di 171 TPS dan 159 KSK melakukan penghitungan un
ANTARA FOTO/RAFIUDDIN ABDUL RAHMAN
Sejumlah Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) melakukan penghitungan suara Pemilu 2019, di Dewan Tun Razak 1 dan 2, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (17/4/19). Kurang lebih 3.000 petugas di 171 TPS dan 159 KSK melakukan penghitungan untuk pemilih yang masuk dalam DPT PPL Kuala Lumpur, yang meliputi Kuala Lumpur, Selangor, Perak Kelantan dan Terengganu.

Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) mengadakan expose pada Sabtu (20/4) di Hotel Morrissey, Jakarta. Expose ini bertujuan untuk membuka data hitung cepat (quick count) pada Pemilu 2019.

Adapun dalam acara ini dihadari oleh delapan anggota Persepi yang telah menggelar perhitungan cepat pada 17 April lalu. Mereka adalah Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Indikator, Charta Politika, Cyrus Network, Populi Center, Poltracking, Indo Barometer, Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Sekretaris Jenderal Persepi Yunarto Wijaya mengklarifikasi tuduhan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga yang menyatakan bahwa hasil dari perhitungannya merupakan kebohongan publik. Ia menegaskan bahwa secara prosedural, metodologi quick count sudah dilakukan dengan benar.

Adapun perhitungan dari berbagai lembaga survei rata-rata menggunakan sample dari 4.000 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Pengambilan sample dilakukan secara acak untuk menghindari basis pasangan calon tertentu disuatu wilayah.

(Baca: Prabowo Sebut Lembaga Survei Hitung Cepat Tukang Bohong)

Ia juga menegaskan bahwa perhitungan cepat yang telah dilakukan itu bukan bertujuan untuk menggiring opini publik. "Jadi ini bukan sekadar kredibilitas masing-masing. Kami perlu membuka seterang-terangnya," ujarnya.

Peneliti Indo Barometer, Asep Saepudin mengatakan, pada dasarnya quick count tidak sama dengan exit poll, karena memiliki data yang berbeda. Exit poll, menurutnya berdasarkan opini dari responden yang terpilih.

Sedangkan, quick count hampir sama dengan real count karena data yang diambil sama, yaitu berasal dari TPS. Sehingga dua perhitungan ini memiliki hasil yang tidak jauh berbeda.

Yunarto menyatakan, metode quick count merupakan suatu cara ilmiah yang membutuhkan pesiapan. Misalnya, menyusun instrumen, mempersiapkan server untuk melakukan perhitungan. Sehingga, membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 bulan. "Rasaya kami sudah bersusah payah, tapi disamakan dengan tukang bohong ," ujarnya.

(Baca: KPU Buka Layanan Pengaduan Penghitungan Suara Pemilu Lewat WhatsApp)

Adapun pihaknya menegaskan bahwa lembaga survei yang bernaung dibawah Persepi memiliki integritas dan profesionalisme. Meski, yang dihasilkannya merupakan prediksi. Sementara hasil akhir Pemilu 2019 akan ditentukan oleh  Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pada hari penyelenggaraan Pemilu 2019, 17 April lalu, pada umumnya lembaga survei memenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin dengan selisih 7-9% dari pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

Grafik:

Sementara, hingga pukul 17.00 hari ini, hasil real count KPU baru mencatat data dari  39.392 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Hasil sementara dari 4, 84% dari keseluruhan TPS penyelenggara Pemilu itu menunjukkan bahwa pasangan Jokowi - Ma'ruf menang dengan raihan 54,85%. 

Reporter: Fariha Sulmaihati
Editor: Pingit Aria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...