Penurunan Performa Grup Otomotif Menahan Laju Laba Astra International
PT Astra International Tbk (Astra International) sepanjang kuartal I 2019 berhasil membukukan laba bersih Rp 5,2 triliun, meningkat 5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,9 triliun.
Pertumbuhan laba bersih perusahaan sebagian besar ditopang oleh peningkatan kontribusi bisnis jasa keuangan dan alat berat, mengimbangi penurunan di lini bisnis otomotif dan agribisnis.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan, kinerja perusahaan tumbuh positif sepanjang tiga bulan pertama 2019. Tapi, perusahaan memperoleh tekanan di bisnis otomotif sering dengan kompetisi yang semakin ketat antar produsen kendaraan. Sementara penurunan harga komoditas, menurutnya menjadi penyebab utama turunnya kontribusi lini agribisnis.
Sepanjang kuartal I 2019, Astra International mencatat pendapatan konsolidasi Rp 59,6 triliun. Angka ini meningkat 7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 55,8 triliun.
(Baca: Triwulan I-2019, Acset Indonusa Rugi Rp 90,7 Miliar)
Sementara di sisi laba bersih, grup otomotif Astra International masih menjadi penyumbang utama laba bersih kuartal I 2019 dengan torehan sebesar Rp 1,9 triliun. Namun, kontribusinya turun 10% dibanding kontribsi tahun sebelumnya Rp 2,1 triliun.
Menurut perseroan, penurunan kontribusi laba bersih bisnis otomotif disebabkan oleh volume penjualan mobil grup perusahaan yang menurun. Selain itu, kenaikan biaya material pabrik kendaraan juga turut menyebabkan kontribusi laba dari lini bisnis ini ikut tertekan.
Namun, penurunan penjualan mobil grup otomotif Astra International yang hanya sekitar 5%, jauh lebih baik dibandingkan dengan rata-rata penurunan volume penjualan mobil nasional sebesar 13% menjadi 254 ribu unit di kuartal I. Sehingga, secara keseluruhan pangsa pasar Astra International meningkat dari 49% menjadi 53% di kuartal I 2019.
Sementara untuk binis kendaraan roda dua, melalui PT Astra Honda Motor (AHM), Astra International mencatatkan penjualan sebanyak 1,3 juta unit pada kuartal I 2019, naik 19% dibanding periode yang sama tahun lalu.
(Baca: Astra Agro Lestari Bagikan Dividen Rp 648 Miliar)
Faktor lain yang memberi tekanan terhadap laju pertumbuhan laba bersih Astra International pada kuartal I 2019 adalah dari bisnis agribisnis. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang 79,7% sahamnya dimiliki perseroan, melaporkan penurunan laba bersih 89% menjadi Rp 37 miliar. Hal itu disebabkan oleh penurunan harga minyak sawit sebesar 20% menjadi Rp 6.252 per kilogram (kg) dibandingkan dengan rata-rata periode yang sama tahun sebelumnya.
Penopang Pertumbuhan Laba
Sepanjang kuartal I 2019, bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi milik Astra International masih memberi sumbangan kedua terbesar terhadap laba bersih perusahaan. Lini bisnis tersebut mencatat laba bersih Rp 1,82 triliun, tumbuh 20% dibanding periode yang sama tahun sebelummya.
Pertumbuhan laba bersih sektor pertambangan, salah satunya disumbang oleh PT United Tractors Tbk (UNTR), yang 59,5% sahamnya dimiliki perseroan. Sepanjang triwulan I 2019, UNTR melaporkan peningkatan laba bersih 21% menjadi Rp3,1 triliun dibandingkan dengan periode yang sama 2018.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja pada bisnis kontraktor penambangan dan kontribusi dari operasi penambangan emas yang diakuisisi pada bulan Desember 2018.
(Baca: Astra: Kami Berupaya Benahi Bank Permata Agar Kembali Sehat)
Lini bisnis jasa keuangan menjadi penyumbang terbesar ketiga terhadap laba bersih grup Astra International dengan capaian sebesar Rp 1,4 triliun, meningkat 32% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1 triliun.
Jumlah pembiayaan pada bisnis pembiayaan konsumen meningkat 5% menjadi Rp 20,8 triliun. Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan yang fokus pada pembiayaan mobil meningkat 51% menjadi Rp340 miliar, terutama disebabkan oleh kenaikan pemulihan kerugian kredit bermasalah (NPL).
Kontribusi laba bersih anak usaha Astra International yang bergerak di bidang pembiayaan roda dua, PT Federal International Finance (FIF), meningkat 11% menjadi Rp 604miliar, sejalan dengan meningkatnya portofolio pembiayaan.
Sementara PT Bank Permata Tbk (Bank Permata), yang 44,6% sahamnya dimiliki perseroan, mencatat kenaikan laba bersih signifikan menjadi Rp377 miliar dibandingkan dengan Rp164 miliar pada kuartal pertama tahun 2018, terutama karena kenaikan tingkat pemulihan kredit bermasalah.
(Baca: Penjualan Mobil Januari-Februari Turun 16,4%)
"Sepanjang tahun ini, grup diperkirakan masih akan menikmati kenaikan kontribusi dari bisnis-bisnis tersebut, meskipun masih ada tantangan pada permintaan yang melemah dan persaingan yang ketat di pasar mobil serta penurunan harga komoditas," kata Prijono.
Adapun terkait ekspansi, pada Februari 2019, Astra International mengumumkan kolaborasi antara Grup dan GOJEK, dengan membentuk sebuah perusahaan patungan untuk memberikan dukungan manajemen armada untuk sistem transportasi online GO-CAR di Indonesia.
Kolaborasi strategis ini dilakukan menyusul tambahan investasi ekuitas US$100 juta oleh Grup di GOJEK pada bulan Januari 2019, sehingga total investasi Grup di GOJEK menjadi US$250 juta.