BI: Surplus Neraca Pembayaran Kuartal I 2019 Turun
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan surplus neraca pembayaran pada kuartal I 2019 akan menurun dibandingkan kuartal IV 2018. Namun, surplus neraca modal akan lebih tinggi.
Surplus neraca modal ini direfleksikan dari besaran cadangan devisa hingga Maret, yang mencapai US$ 124,5 miliar. "Kenaikan cadangan devisa itu cerminan surplus neraca modal lebih tinggi dari defisit transaki berjalan," kata dia dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Kamis (25/4).
Kondisi surplus pada neraca pembayaran dijelaskan Perry disebabkan karena, surplus neraca modal yang tinggi mampu menutup defisit transaksi berjalan. Deifisit transaksi berjalan kuartal I 2019 dikatakan Perry akan lebih rendah dibanding kuartal IV 2018, yakni sebesar Rp 132 triliun atau 3,57% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
(Baca: BI Luncurkan Kebijakan Akomodatif untuk Dorong Permintaan Domestik)
Selanjutnya pada triwulan II, defisit transaksi berjalan diperkirakan melebar. Peningkatan defisit transaksi berjalan bukan disebabkan oleh pelebaran neraca dagang, melainkan dipicu oleh pembagian dividen. Namun, BI memastikan porsinya terhadap PDB di bawah 3%.
Surplus neraca modal diperkirakan akan terus berlanjut, yang akan ditopang oleh aliran dana masuk pada saham, obligasi global, dan green sukuk. Surplus neraca modal pada kuartal II juga diperkirakan masih mampu menutupi defisit transaksi berjalan.
Sebelumnya, neraca transaksi berjalan Indonesia mencatat defisit US$ 31,06 miliar atau setara Rp 344 triliun (dengan kurs Rp14.000/dolar Amerika Serikat) pada 2018. Angka tersebut meningkat hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya serta merupakan berbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sementara, neraca pembayaran Indonesia 2018 mengalami defisit US$ 7,13 miliar dibanding tahun sebelumnya surplus US$ 11,59 miliar. Defisit neraca pembayaran tahun lalu hampir menyamai 2013 yang mencapai US$ 7,32 miliar.
(Baca: Tahan Bunga Acuan 6%, BI Sebut Kondisi Ekonomi Terjaga)