Sonoro Energy Ajukan Penawaran untuk Blok Selat Panjang
Sonoro Energy Ltd (Sonoro) disebut-sebut tertarik dalam lelang wilayah kerja (WK) migas tahap satu 2019. Dilansir dari laman oilandgas360.com, Sonoro bersama mitra dari Indonesia telah memasukkan proposal penawaran untuk Blok Selat Panjang.
Dalam proposal penawaran, konsorsium Sonoro Energy meneken komitmen kerja pasti dalam lima tahun pertama. Mereka juga akan membayar bonus tanda tangan minimum yang telah ditetapkan pemerintah untuk Blok Selat Panjang. Namun angka pasti besaran penawaran dan bonus tanda tangannya masih dirahasiakan sampai pengumuman pemenang lelang WK Selat Panjang.
Khusus untuk Blok Selat Panjang, pemerintah menetapkan bonus tanda tangan minimal US$ 5 juta. Sementara komitmen pasti minimal US$ 62,99 juta untuk studi G&G, seismik 2D 500 km2, Seismik 3D 200 km2 dan pemboran lima sumur eksplorasi.
Sonoro berharap hasil penawaran tersebut dapat diumumkan pada bulan depan. Sonoro nantinya memiliki hak partisipasi sebesar 25 % di proyek tersebut dengan opsi tambahan hak partisipasi sebesar 24 %.
(Baca: 18 Perusahaan Mengakses Dokumen Lelang Blok Migas 2019)
Saat dimintai konfirmasi, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto tidak menjawab pesan singkat yang dikirimkan Katadata, Jumat (26/4). Yang pasti, pekan lalu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan ada 18 perusahaan migas yang mengakses dokumen di lima blok yang ditawarkan dalam lelang kali ini.
"Untuk lima blok sudah ada 22 yang akses dari 18 perusahaan. Luar negeri dan dalam negeri. Multinasional dan nasional," kata Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (18/4).
Dalam lelang wilayah kerja migas konvensional tahap satu 2019 ini terdapat lima WK. Dua di antaranya merupakan WK produksi dan tiga WK eksplorasi. Dua WK produksi yaitu, Blok West Kampar yang berlokasi di daratan Riau dan Sumatera Utara dan Blok Selat Panjang di daratan Riau.
(Baca: Kementerian ESDM Buka Lelang 5 Blok Migas Tahap I Tahun Ini)
Blok Selat Panjang berada di daratan Riau. Blok ini terakhir berproduksi pada 21 Februari 2018 sebesar 1 BOPD.
Petroselat Ltd yang sempat mengelola Blok Selat Panjang dinyatakan pailit pada 5 Juli 2017. Biarpun sudah dinyatakan pailit, Petroselat masih harus membayarkan tagihan kepada para vendor sebesar Rp 117,65 miliar.
Saham Petroselat Ltd terdiri dari PT Sugih Energy Tbk., melalui anak usahanya PT Petronusa Bumibakti dan International Mineral Resources Inc., dengan saham sebesar 55 %. Sisanya, sebesar 45 %, dipegang PetroChina Selat Panjang Ltd.