Zurich Indonesia Soroti Risiko Lingkungan dan Teknologi
Zurich Indonesia soroti isu resiko global mengenai lingkungan dan teknologi. Dua isu tersebut merupakan lima isu resiko global yang menjadi sorotan dalam Global Risk Report edisi ke-14 yang diluncurkan tahun ini. Global Risk Report merupkan laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh World Economic Forum (WEF) bersama Zurich.
Laporan tahun ini memprediksi, terdapat lima resiko yang harus dihadapi masyarakat global, termasuk Indonesia. Di antaranya isu risiko mengenai ekonomi makro, ketegangan di antara negara-negara besar, ketegangan politik, lingkungan dan kerentanan teknologi.
CEO Zurich Indonesia Hassan Karim mengatakan, perusahaannya memiliki peran untuk membangun masyarakat dalam menghadapi berbagai resiko global yang terjadi melalui keahlian Zurich dalam melakukan manajemen resiko. Apalagi, ia menyebutkan bahwa selama 10 tahun terakhir isu mengenai kerentanan teknologi dan lingkungan menjadi isu yang menjadi perhatian global.
“Laporan ini setiap tahunnya menjadi bagian dari komitmen kami, dimana kami meninjau dan membantu menjawab tantangan global yang dihadapi oleh masyarakat saat ini,” ujar Hassan di Kuningan, Jakarta, Jumat (26/4).
Head of Market Facing Underwriting Zurich Indonesia Rio Daniel mengatakan, resiko-resiko global juga dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat Indonesia. Menurutnya, pendekatan yang kolaboratif sangat diperlukan untuk mengatasi isu-isu global tersebut secara lebih menyeluruh. “Dalam konteks ini, peran asuransi menjadi semakin signfikan, terutama dalam manajemen dan mitigasi risiko,” ujar Rio.
Ia melanjutkan, penting adanya kolaborasi di antara semua pihak untuk menanggulangi berbagai jenis resiko global yang dihadapi masyarakat Indonesia. Selain itu, menurutnya, pendekatan kolaboratif yang melibatkan semua pemangku kepentingan juga penting agar menjadikan masyarakat lebih tangguh.
Isu lingkungan yang dikemukakan oleh Zurich Indonesia terkonfirmasi dari pernyataan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati. Ia memaparkan bahwa tahun 2018 merupakan tahun terpanas keempat sepanjang sejarah.