Tensi Perang Dagang Naik, Rupiah Terus Melemah ke 14.500 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terus melemah selama seminggu terakhir akibat memanasnya tensi perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada perdagangan di pasar spot hari ini, Selasa (14/5) pada pukul 10.40 WIB, rupiah bergerak di angka Rp 14.455 per dolar AS atau turun 0,22% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya ketika ditutup di Rp 14.423 per dolar AS.
Peningkatan tensi perang dagang AS dan Tiongkok kembali menjadi problematika rupiah. AS telah menaikkan bea impor produk-produk Tiongkok menjadi 25% dari 10% pada Jumat lalu. Tak berhenti sampai disitu, Tiongkok pun menggencarkan aksi balas dendamnya.
Tiongkok berencana menaikkan bea impor terhadap berbagai produk AS senilai US$ 60 miliar hingga 25% dari 5% hingga 10% saat ini. Kenaikan tarif ini akan berlaku pada 1 Juni mendatang.
(Baca: Tiongkok Serang Balik, Petani AS Marah Kepada Pemerintah Trump)
Kenaikan tarif bea masuk bisa memperparah kinerja ekspor Indonesia tahun ini. Setelah sebelumnya ekspor bulan Maret 2019 turun 10% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Ketidakpastian global dan domestik berimplikasi pada peningkatan aksi jual bersih investor asing sebesar Rp 3,6 triliun sepekan terakhir.
Selain karena perang dagang, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, pelebaran defisit transaksi berjalan (current account deficit?CAD) menjadi penyebab melemahnya rupiah.
Pada kuartal pertama 2019, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 6,96 miliar atau 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka jauh lebih lebar dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang sebesar US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB. “Pelebaran ini menyebabkan investor asing menarik dana dari pasar modal kita,” kata Bhima ketika dihubungi Katadata.co.id.
(Baca: Dana Asing Mengalir Keluar Setengah Triliun, IHSG Terkoreksi 1,19%)
Faktor lainnya, kuartal kedua 2019 merupakan musim pembagian dividen perusahaan domestik. Secara musiman, investor asing yang mendapat dividen akan mentransfer dalam bentuk dolar dan kirim ke negara asalnya. Aliran modal keluar karena pembagian dividen melemahkan rupiah.
"Dari faktor tersebut, saya rasa rupiah akan tembus ke nilai Rp 14.500 per dolar AS dalam waktu dekat," kata Bhima. Namun untuk hari ini, Bhima memprediksikan nilai tukar rupiah akan ditutup pada Rp 14.430-Rp 14. 520 per dolar AS dengan outlook yang masih akan terus melemah.
Di pasar spot, mata uang regional Asia lainnya mayoritas menguat terhadap dolar AS. Hanya yen Jepang dan ringgit Malaysia yang turun, masing-masing 0,29% dan 0,14%.