Tiongkok Serang Balik, Petani AS Marah kepada Pemerintah Trump
Para petani di Amerika Serikat mulai tak sabar dengan proses negosiasi dagang yang dilakukan Presiden Donald Trump dan pemerintah Tiongkok. Selama ini mereka berada di belakang Trump untuk mendapatkan perjanjian tarif yang lebih baik dengan Beijing.
Namun, keadaan itu berubah sejak Trump menaikkan tarif produk Tiongkok senilai US$ 200 miliar menjadi 25% pada Jumat lalu. Hal ini memicu Beijing untuk menyerang balik dan membuat harga komoditas merangkak naik. Tensi perang dagang semakin panas.
“Presiden AS berhutang kepada para petani, termasuk saya,” kata petani kedelai di Baskerville, Virginia, John Wesley Boyd Jr seperti dikutip dari CNN kemarin, Senin (13/5). Selama ini para petani telah mendukung Trump menjadi presiden. “Sekarang ia membalikkan badan di saat kami sangat membutuhkan bantuannya,” kata Boyd Jr.
Petani kedelai, jagung, dan gandum selama setahun terakhir telah berjuang menurunkan tarif produknya yang masuk ke Tiongkok. Tarif ini telah membuat produk agrikultur AS lebih mahal ketimbang Cina. Hal itu tentu membuat produknya tak laku dijual.
(Baca: Terpukul Perang Dagang, Rupiah Kian Lemah Dekati 14.500 per Dolar AS)
Trump menunjukkan optimismenya dengan mengatakan, proses negosiasi berjalan baik sejak bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada Desember lalu. Namun, dalam sepekan terakhir kondisi tersebut nampak memburuk.