Antisipasi Ekonomi Global Lesu, RI Perluas Ekspor ke Amerika Selatan

Rizky Alika
21 Mei 2019, 09:28
Indonesia memperluas ekspor ke Amerika Selatan untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi global.
Katadata

Pertumbuhan ekspor pada tahun ini bayangi tantangan perlambatan ekonomi global serta dampak perang dagang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kementerian Perdagangan (Kemendag) bakal  memperluas pasar ekspor ke Amerika Selatan sebagai salah satu negara tujuan ekspor.

Sekertaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Karyanto Suprih mengatakan produk industri manufaktur banyak memiliki potensi ekspor.  "Ada tekstil dan alas kaki," kata Karyanto di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kemendag di Depok, Senin (20/5).

Advertisement

Pemerintah juga mendorong peningkatan produk industri olahan pertambangan, sebagai alternatif produk bernilai tambah. Sementara untuk ekspor komoditas primer seperti pertanian masih terkendala masalah daya saing.  Akibatnya, produk pertanian Indonesia lebih mahal dibanding produk Amerika Selatan.

Dengan peluang tersebut, dia berharap pertumbuhan ekspor pada tahun ini mencapai 11 % meski menghadapi perlambatan global. Angka tersebut melebihi rencana kerja pemerintah (RKP) yang mematok pertumbuhan ekspor di kisaran 8 %.

(Baca: Banyak Tantangan, Ekspor Minyak Sawit Kuartal I Justru Naik 16%)

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kinerja ekpor dalam negeri masih melemah. Ekspor Indonesia pada Januari–April 2019 mencapai US$ 53,20 miliar,  menurun 9,39 % dibanding periode yang sama 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$ 48,98 miliar yang juga melemah 8,54 %.

Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan, yang diharapkan menopang pertumbuhan ekspor pada Januari–April 2019 justru melemah 7,83 % dari periode yang sama tahun 2018. Begitu pun dengan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 12,26 % serta ekspor hasil pertanian turun 3,29 %.

Di sisi lain, laju impor yang lebih besar hingga US$ 55,76 miliar akhirnya menyebabkan perdagangan dalam negeri tertekan hingga defisit US$ 2,56 miliar pada Januari-April 2019. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode serupa 2018 yang hanya US$ 1,4 miliar.

(Baca: Defisit Neraca Dagang Indonesia dengan Tiongkok Membengkak 23,47%)

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement