Jelang Lebaran, Perusahaan Logistik Prediksi Pengiriman Melonjak 50%
Perusahaan logistik di Indonesia memprediksi permintaan jasa pengiriman barang melonjak hingga 50% dalam menyambut Lebaran kali ini. PT Pos Indonesia (Persero), PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), dan PT Global Jet Express (J&T) memprediksi, lonjakan pengiriman barang tersebut mayoritas berasal dari e-commerce.
VP Pengembangan Produk, Kurir, dan Logistik Pos Indonesia Djoko Suhartanto mengatakan, peningkatan permintaan logistik di perusahaannya mencapai 45 sampai 50% dengan 75 % pengiriman berasal dari segmen e-commerce untuk kiriman domestik pada periode mudik Lebaran tahun ini.
“Jenis kiriman yang paling mendominasi antara lain makanan, pakaian, oleh-oleh, dan kebutuhan lain yang terkait dengan perayaan Lebaran,” ujar Djoko kepada Katadata.co.id, Selasa (4/6).
Menurutnya, jenis layanan yang paling banyak digunakan di perusahaanya adalah layanan dengan pengiriman cepat seperti Pos Express dan Pos Kilat Khusus (PKH) dan Pos Express, khususnya di kota-kota besar.
(Baca: JNE Proyeksikan Kenaikan Pengiriman 30% selama Ramadan 2019)
Ia menjelaskan, Pos Indonesia telah menyiapkan sejumlah strategi untuk memanfaatkan momentum lonjakan permintaan pengiriman barang tersebut. Seperti melakukan penambahan jam pelayanan serta sumber daya yang dibutuhkan, dan menyiapkan loket pengiriman khusus Lebaran.
“(Strategi ini) kami lakukan untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh perusahaan kami dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggan kami meskipun lonjakan pengiriman meningkat,” ujar Djoko.
Sependapat dengan Djoko, Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi mengatakan bahwa akan ada lonjakan pengiriman barang selama periode Lebaran kali ini. Perusahaannya memproyeksikan kenaikan tersebut mencapai lebih dari 30% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
“Kenaikan ini salah satu pendorongnya adalah e-commerce di mana pada bulan Ramadan masyarakat bisa memanfaatkan penawaran dari berbagai marketplace,” ujar Feriadi kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, proyeksi kenaikan pengiriman barang di perusahaannya pada layanan e-commerce mencapai sekitar 60 sampai 70%.
(Baca: Harga Tiket Pesawat Mahal, JNE dan J&T Tidak Menaikkan Ongkos Kirim)
Feriadi mengatakan, untuk menghadapi lonjakan pengiriman berang tersebut perusahaannya telah menyiapkan sejumlah strategi. Mulai dari melakukan penambahan sumber daya manusia (SDM) dan armada hingga 10%, pemesanan ruang (booking space) pada maskapai penerbangan, dan memastikan semua jaringan operasionalnya dapat tetap melayani selama 24 jam.
“Selain itu, kami juga telah meningkatkan sinergitas dengan semua penyedia moda transportasi, mulai dari darat, udara, dan laut,” ujarnya.
CEO J&T Express Robin Lo pun sependapat dengan kedua perusahaan tersebut. Menurutnya, menjelang Idul Fitri merupakan masa-masa yang paling krusial bagi perusahaan logistik. “(Kenaikan) ini kurang lebih mencapai 3 kali lipat dari bulan-bulan biasanya dan mayoritas (pengiriman) dari e-commerce,” ujar Robin kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu lalu.
Robin menjelaskan, perusahaannya juga telah melakukan sejumlah strategi untuk mengantisipasi lonjakan pengiriman tersebut. “Seperti penambahan SDM dan mobil operasional karena merupakan hal yang terpenting,” ujarnya.
(Baca: Dampak Aksi 22 Mei, Pengiriman Paket JNE dan J&T Terlambat)
Permintaan Melonjak, Pengantaran Logistik Sering Terlambat?
Salah satu pembeli barang di marketplace berwarna hitam, Setyo Aji Harjanto mengatakan bahwa dirinya sempat kecewa dengan ketidaktepatan waktu pengiriman sepatu yang telah ia pesan pada pekan lalu. Padahal, ia telah menanti-nantikan kedatangan sepatu barunya agar bisa segera ia gunakan keesokan harinya.
Ia menjelaskan bahwa ia telah menggunakan layanan pengiriman barang tercepat (express), di mana seharusnya barang tersebut bisa sampai dalam waktu satu hari atau keesokan harinya. “Sudah bayar (dengan layanan express), sampainya malah dua hari kemudian. Lebih lama dari ekspetasi,” ujar Setyo kepada Katadata, Selasa (4/6).
Ia pun merasa cukup kecewa dengan keterlambatan pengiriman barang tersebut. Sebab, jika barang pesanannya sampai ke rumahnya dalam waktu dua hari, menurutnya sama saja ia memesan dengan layanan reguler.
Namun, pada akhirnya ia memaklumi karena mayoritas perusahaan logistik tengah mengalami peningkatan pengiriman barang menjelang Lebaran. “Ya, mungkin memang lagi banyak yang jajan (belanja online) menjelang Lebaran seperti saya ini,” ujarnya.
(Baca: Bantu Penjual, Tokopedia Buka Jaringan Logistik TokoCabang di 3 Kota)
Berbeda dengan Setyo, salah satu pembeli di e-commerce berwarna jingga, Febi Purnamasari berpendapat bahwa pelayanan jasa pengiriman barang berjalan normal hingga Kamis (25/5) lalu. “Dalam waktu tiga hari barang yang saya beli sudah sampai,” ujar Febi kepada Katadata, Selasa (4/6).
Hanya, setelah Jumat (28/5) menurutnya mulai terjadi keterlambatan pengiriman barang oleh e-commerce dan perusahaan logistik bersangkutan. Hingga hari ini, barang pesanannya, yakni apparatus montessori belum sampai ke rumahnya. Berdasarkan estimasi awal dari perusahaan e-commerce tersebut, seharusnya barang tersebut tiba di rumahnya pada awal Juni.
Hanya, ia mengaku menanggapi keterlambatan pesanan barangnya tersebut dengan santai. “Tidak sampai sekesal itu (dengan e-commerce bersangkutan) atau bagaimana. Karena barang tersebut tidak ingin buru-buru digunakan,” ujarnya.
(Baca: JNE Sesuaikan Harga Ongkir, Pos Indonesia Klaim Tarifnya Sudah Stabil)
Selain itu, salah satu pembeli di e-commerce berwarna hijau, Muhammad Khairun Nail berpendapat bahwa pelayanan jasa pengiriman barang berjalan normal dan sampai tepat waktu selama Ramadan kali ini. Hanya, pada akhir pekan lalu ia memilih menggunakan layanan on demand seperti Grab Express untuk pengantaran barang pesanannya, yakni case smartphone.
“Aku (memilih) pakai Grab Express karena takut sampainya tidak tepat waktu, karena ini sudah mau Lebaran kan. Pasti pengiriman barang jadi lama,” ujar Nail kepada Katadata, Selasa (4/6). Barang pesanannya pun sampai tepat waktu tanpa khawatir terhambat lamanya pengiriman barang dari perusahaan logistik.