Para Pejabat Keuangan G20 Tak Akan Bahas Penyelesaian Perang Dagang
Para pemimpin keuangan negara-negara G20 tidak akan mengumbar janji-janji menghindari kebijakan proteksionisme dalam pernyataan resmi pertemuan G20 hari Minggu (9/6) di tengah peningkatan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Mengutip Reuters, Sabtu (8/6), upaya pencapaian kata sepakat agaknya memang sulit tercapai. Terlihat pada pernyataan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin yang mengungkapkan, bahwa pertemuan antara dirinya dengan Gubernur Bank Sentral Tiongkok atau People's Bank of China, Yi Gang, tidak akan menjadi "pertemuan negosiasi" tentang masalah perdagangan.
Pernyataan Mnuchin ini kian memperkuat pandangan bahwa akan ada sedikit terobosan dalam perselisihan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Salah satu pejabat yang menghadiri pertumuan G20 menyebut, konflik perdagangan yang tak kunjung usasi ini membuat perancangan statement atau pernyataan sikap G20 semakin sulit dan beresiko menyumbat jalannya diskusi pertemuan G20.
(Baca: Ancaman Perang Dagang Amerika yang Memicu Resesi Ekonomi Dunia)
Konflik perdagangan antara AS dan Tiongkok diketahui telah menggoyang pasar keuangan global serta meningkatkan kekhawatiran terjadinya resesi global. Konflik ini juga terus membayangi petemuan dua hari antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 di Fukuoka, Jepang.
Para pemimpin keuangan negara-negara G20 sebelumnya memang akan mengesampingkan topik perdagangan dalam pertemuan ini. Namun, ancaman kejatuhan ekonomi yang bisa timbul dari konflik perdagangan mau tidak mau tetap mencuat dalam pertemuan tersebut.
Gubernur Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan, Haruhiko Kuroda mengatakan, sementara ini pertumbuhan global memang diperkirakan akan pulih pada paruh kedua 2019. Tapi, ketegangan perdagangan membuat prospek menjadi tidak pasti.
Namun, satu hal yang pasti pertemuan pemimpin keuangan G20 akan mencapai kata sepakat terkait upaya menghindari devaluasi mata uang kompetitif, meskipun bahasa pada nilai tukar belum diselesaikan.
(Baca: Perang Dagang Kembali Pecah, Tiongkok Tarik Tarif 25% atas Produk AS)