Kunjungan Wisman di Bawah Target, Kemenpar Optimalkan 4 Strategi
Menteri Pariwisata Arief Yahya mencatat, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang Januari-April 2019 hanya 5,12 juta dari target enam juta. Karena itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bakal mengoptimalkan empat strategi untuk mencapai target 18 juta wisman hingga akhir tahun ini.
Keempat strategi itu adalah tujuan wisata di wilayah perbatasan (border tourism), paket wisata dengan harga bersaing (hot deals), pusat pariwisata (tourism hub), dan terminal bandara berbiaya rendah (low cost carrier terminal/LCCT). “Kami akan terapkan empat strategi utama ini untuk meningkatkan kunjungan wisman tahun ini,” ujar Arief dalam siaran pers, Selasa (11/6).
(Baca: BPS: Jumlah Wisatawan Asing pada April Turun 2,74% )
Menurut Arief, angka yang menjadi acuan—atau sesuai psikologis—kunjungan wisman ke Indonesia adalah 1,5 juta per bulan. Sedangkan 5,12 juta kunjungan selama Januari-April 2019 menunjukkan, bahwa rerata wisman yang berkunjung ke Indonesia setiap bulannya hanya 1,3 juta.
Arief mengatakan, rerata kunjungan wisman yang hanya 1,3 juta per bulan ini harus ditingkatkan. “Ini tidak bagus, karena angka psikologis (kunjungan wisman ke Indonesia) 1,5 juta per bulan atau 18 juta pada akhir tahun ini,” kata Arief.
(Baca: Gandeng Vietjet Air, Kemenpar Target 100 Ribu Turis Vietnam Tahun Ini)
Dia pun menjabarkan keempat strategi utama yang bakal dioptimalkan Kementerian. Pertama, tujuan wisata di wilayah perbatasan. Menurut Arief, strategi ini penting karena mengandalkan kedekatan jarak maupun emosional (proximity) wisman.
Strategi tersebut banyak diterapkan oleh pemerintah di Uni Eropa dan Asia Tenggara. Prancis dan Spanyol misalnya, 80% wisman yang berkunjung ke dua wilayah tersebut berasal dari negara tetangga.
Sebanyak 60-70% wisman yang berkunjung ke Malaysia juga dipengaruhi oleh strategi border tourism. Karena itu Kementerian akan menerapkan strategi ini. “Kami fokus pada border tourism untuk menarik wisman dari Singapura dan Malaysia,” kata Arief.
(Baca: Peluang Emas Menjaring Dana Turis Asing dari Kode Pemindai)
Kedua, menerapkan diskon paket wisata untuk menarik wisman berkunjung pada saat low season. Ia berharap, strategi bisa menggaet dua hingga 2,5 juta wisman tahun ini. Kementerian pun berhasil menjual 700 ribu paket wisata tahun lalu. Sebanyak 20% paket wisata yang dibeli diselenggarakan di Kepulauan Riau.
Ketiga, menetapkan Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia sebagai pusat transit wisata ke Indonesia. “Program ini sebagai solusi atas penerbangan langsung (direct flight) yang sulit dilakukan dan membutuhkan waktu relatif lama,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kunjungan wisman asal India mencapai 600 ribu tahun lalu. Namun, penerbangan langsung dari Mumbai, India ke Bali hanya melayani tiga kali seminggu. Padahal, penerbangan dari India ke Singapura ataupun Kuala Lumpur mencapai 70 kali seminggu.
Alhasil, ada jutaan turis India dan Tiongkok yang singgah di Singapura dan Malaysia setiap tahunnya. “Melalui agen pariwisata (travel agent) di sana, kami mempengaruhi mereka untuk melanjutkan liburan ke Indonesia,” kata dia.
(Baca: Indonesia Urutan 10 Tujuan Wisata Favorit Turis Asia Pasifik)
Keempat, membangun LCCT. Kemenpar mencatat, 55% wisman yang berkunjung ke Indonesia menggunakan layanan penerbangan penuh (full service carrier/FSC) pada 2017. Namun, pertumbuhan jumlah wisman yang menggunakan layanan penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier/LCC) lebih cepat ketimbang FSC.
Setiap tahunnya, jumlah wisman yang menggunakan layanan LCC tumbuh rerata 21%. Sedangkan yang menggunakan layanan FSC hanya 5% per tahun. “Per 1 Mei 2019 yang lalu, Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta resmi menjadi LCCT. Kami berharap akan terjadi lonjakan satu juta wisman,” kata dia.
(Baca: Tiket Pesawat Mahal, Kunjungan Wisatawan Turun Hingga 30%)