Adu Siasat Grab dan Gojek Bersaing di Bisnis Keuangan Singapura
Tak hanya di Indonesia, Grab dan Gojek bersaing di bisnis keuangan di Singapura. Gojek menggandeng Bank DBS untuk menyediakan layanan pembayaran di negeri jiran. Sedangkan Grab baru-baru ini menjajaki layanan perbankan digital di Singapura.
Grab dikabarkan tengah bersiap-siap untuk mengajukan izin untuk merambah bisnis bank khusus digital di Singapura. Empat orang sumber Reuters yang mengetahui rencana tersebut mengatakan, Grab bakal menyewa konsultan untuk mempelajari potensi bisnis perbankan di Negeri Singa.
Rencana ini merupakan tindak lanjut atas pernyataan Otoritas Moneter Singapura (MAS), yang tengah mempelajari kemungkinan adanya pendirian bank digital. “MAS juga sedang mempelajari potensi untuk memberikan izin kepada bank digital meski induknya non-bank,” demikian dikutip dari Reuters, Rabu (12/6) lalu.
(Baca: Persaingan Ketat Gojek dan Grab Menjadi SuperApp)
Kabarnya, MAS bakal membuat kebijakan terkait bank digital ini dalam beberapa bulan ke depan. Dua orang sumber Reuters menyampaikan, kemungkinan MAS hanya akan memberi lisensi kepada dua hingga tiga perusahaan.
Selain masuk ke bisnis bank digital, Grab dikabarkan berniat mengakuisisi perusahaan teknologi finansial (fintech) 2C2P di Singapura. Sumber Bloomberg mengungkapkan, Grab memberi penawaran US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun untuk mengakuisisi 2C2P.
Namun, 2C2P dikabarkan memilih berkembang sebagai perusahaan independen. Perusahaan ini sebenarnya didirikan di Bangkok, Thailand, pada 2003. Fintech pembayaran ini juga beroperasi di Singapura. Pendapatan 2P2C pun tumbuh 74% secara tahunan menjadi US$ 52 juta pada 2018.
(Baca: Gojek dan Grab Berlomba Sediakan Layanan Hotel Sambut Lebaran)
Pesaing Grab, yakni Gojek juga memperkuat layanan keuangannya di Singapura. Gojek membuka opsi pembayaran untuk layanannya di Singapura menggunakan saldo DBS Paylah!. DBS Paylah! merupakan dompet digital besutan Bank DBS.
General Manager Gojek Singapura Lien Choong Luen mengatakan, 35% transaksi atas layanan Gojek dilakukan secara tunai. Artinya, 65% konsumennya saat ini membayar ongkos perjalanan secara non-tunai, termasuk pembayaran digital. “Lewat kerja sama ini, pengguna mendapat pengalaman yang lebih seamless setiap kali menggunakan layanan Gojek,” kata dia dikutip dari The Business Times.
DBS telah bermitra dengan Gojek sejak tahun lalu. "Kami melangkah untuk bermitra dengan Gojek, salah satu perusahaan teknologi paling ikonik di Asia Tenggara guna membangun ekosistem digital inklusif bagi pelanggan kami," kata Group Head of Consumer Banking & Wealth Management Bank DBS Tan Su Shan.
(Baca: Saingi Gojek dan Grab, FastGo Asal Vietnam Masuk Indonesia Akhir 2019)