Batasi Impor, Konsumsi Biofuel di Norwegia Turun 70% di 2018

Rizky Alika
21 Juni 2019, 08:05
konsumsi biofuel Norwegia
ANTARA FOTO/Rahmad
Ilustrasi. Pemerintah Norwegia membatasi impor minyak sawit, sehingga konsumsi biofuel turun 70% tahun lalu.

 

Konsumsi bahan bakar nabati berbasis minyak sawit atau biofuel di Norwegia turun 70% pada tahun lalu. Penurunan terjadi karena pemerintah Norwegia tidak mau menerima bahan bakar yang menyebabkan adanya penggundulan hutan atau deforestasi, termasuk biofuel.

Advertisement

Kebijakan tersebut dirilis pemerintah Norwegia pada 2017. "Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan tajam impor minyak sawit di Norwegia dari 317 juta liter pada 2017 menjadi 93 juta liter pada tahun lalu," kata Badan Lingkungan Hidup Norwegia (NEA) dikutip dari Mongabay, Senin (17/6) lalu.

NEA menyebutkan perdagangan biofuel turun 25%, dari 657 juta liter pada 2017 menjadi 497 juta liter pada tahun lalu. Padahal, minyak sawit sempat dianggap sebagai alternatif bahan bakar di Norwegia. Namun, belakangan pecinta lingkungan Norwegia menilai bahan bakar jenis ini menyebabkan penggundulan hutan dan perusakan lahan gambut.

(Baca: Indonesia dan Norwegia Sepakat Akhiri Ancaman Boikot Produk)

Penanaman minyak sawit dinilai berkontribusi pada jumlah karbon yang lebih besar. Alasannya, tanaman minyak sawit hanya dapat menyimpan sekitar 40 ton karbon per hektar. Padahal, satu hektar hutan yang hilang akibat deforestasi bisa menghasilkan 400 ton karbon.

Ketua Rainforest Foundation Norway (RFN) Nils Hermann Ranum mengapresiasi penurunan konsumsi biofuel minyak sawit di Norwegia. Bahkan, menurutnya kondisi ini merupakan kemenangan besar bagi lingkungan.

“Untuk memerangi perubahan iklim dan menghentikan pembakaran hutan hujan dunia, kami membutuhkan solusi. Konsumsi bahan bakar nabati yang menggunakan minyak sawit harus diakhiri, "kata dia. Ia mendesak Uni Eropa (UE) untuk melakukan hal serupa.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement