Mentan Tuding Harga Ayam Jatuh karena Mafia, Pengusaha Sebut Daya Beli

Rizky Alika
21 Juni 2019, 06:00
harga daging ayam, kementerian pertanian, menteri pertanian
ANTARA FOTO/RAHMAD
Ilustrasi, penjualan daging ayam di pasar tradisional

Ketua Gabungan Pengusaha Pembibitan Unggas (GPPU) Achmad Dawami menyatakan, penurunan daya beli masyarakat memicu kejatuhan harga daging ayam. Usai Lebaran, konsumen dinilai mulai berhitung lagi akan kondisi keuangannya.

"Setelah Lebaran banyak pembeli daging ayam, lalu masyarakat mulai berpikir untuk menata kembali keuangannya. Artinya daya beli menurun," kata dia kepada katadata.co.id, Kamis (20/6).

Advertisement

Achmad mengatakan, harga daging ayam tingkat peternak di Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah turun menjadi Rp 7.000-Rp 10.000 per Kilogram (Kg). Biasanya, harga daging ayam di tingkat peternak berada pada kisaran Rp 18.000-Rp 22.000 per Kg. Sementara, biaya produksi dapat mencapai Rp 18.000 per Kg.

Penurunan harga daging ayam yang disebabkan oleh turunnya daya beli ini menurut Achmad kerap terjadi setiap tahun. Hanya saja, penurunan daya beli saat ini ia nilai terlalu berlebihan dan berujung pada peningkatan pasokan daging ayam di pasar atau over supply.

Selain itu, ia menilai pergerakan harga daging ayam memang mudah dipengaruhi oleh isu tertentu. Alhasil, bila ada isu harga ayam yang menurun, pedagang dapat mengurangi pembelian daging ayam dari peternak.

Terlebih lagi, daging ayam tersebut bukan merupakan komoditas yang dapat bertahan lama. "Ayam itu gampang rusak, tidak bisa disimpan," ujarnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah perlu mendorong pengurangan produksi ayam dengan cara menekan jumlah telur yang ditetaskan. Untuk opsi ini, Achmad menyebut pemerintah telah mempersiapkan upaya pengurangan penetasan telur ayam.

Selain itu, pemerintah dinilai perlu mendorong peternak agar menyimpan daging ayam dalam ruang penyimpanan beku. "Ini perlu bantuan pemerintah untuk mengimbau pengusaha yang mempunyai tempat pendingin ayam supaya dioptimalkan," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN), Sigit Prabowo menyarankan pemerintah perlu melakukan pengaturan pasar.

Maksudnya, pasar tradisional sepatutnya diperuntukkan bagi peternak rakyat yang kecil. Sedangkan, pasar modern diperuntukkan untuk peternak kelas menengah.

(Baca: Kementan dan KPPU Perketat Awasi Kerja Sama Peternak dan Pengusaha)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement