Bus O-Bahn Dinilai Belum Tentu Cocok di Jakarta, Begini Alasannya

Image title
25 Juni 2019, 16:40
Kemenhub O-Bahn
Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, angkutan umum. Kemenhub mengkaji penggunaan O-Bahn sebagai alternatif angkutan massal perkotaan di Indonesia. Namun, menurut Peneliti Tata Kota dari Universitas Trisaksi Yayat Supriatna, Kemenhub perlu menelaah struktur dan kondisi jalan terlebih dulu.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mengkaji penggunaan O-Bahn sebagai alternatif angkutan massal perkotaan di Indonesia. Namun, menurut Peneliti Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, Kemenhub perlu menelaah struktur dan kondisi jalan sebelum menggunakan O-Bahn.

Sebab, menurutnya O-Bahn tidak bisa beroperasi di jalan yang lebarnya terbatas. Di Ibu Kota misalnya, sebagian badan jalan digunakan untuk jalur Trans Jakarta. Jika O-Bahn beroperasi di jalan yang terdapat jalur Trans Jakarta, berpotensi menimbulkan kemacetan.

Karena itu, menurutnya Kemenhub harus mengkaji struktur dan kondisi jalan terlebih dulu. "Tidak boleh dalam satu trayek yang sama, apalagi dengan kondisi lebar jalan yang terbatas. Kecuali, Trans Jakarta dihilangkan," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (25/6).

(Baca: Transjakarta Catat Sudah 13 Ribu Penumpang Menjajal Bus Listrik)

Kalaupun jadi digunakan, menurutnya O-Bahn harus terintegrasi dengan transportasi umum lainnya. Dengan begitu, biaya yang dikeluarkan konsumen menjadi lebih murah. “Silahkan saja O-Bahn beroperasi, tapi tarifnya harus terintegrasi (supaya tidak membebani masyarakat)," kata dia.

Selain itu, menurutnya perlu ada badan usaha atau induk usaha yang membawahi beberapa perusahaan transportasi milik negara. Dengan begitu, pengelolaan transportasi umum menjadi satu dan terpadu.

Halaman:
Reporter: Fariha Sulmaihati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...