Hari Kerja Sedikit, Penjualan Toyota Astra Anjlok 30,5% pada Juni 2019
Perusahaan otomotif PT Toyota Astra Motor (TAM) mencatat penurunan penjualan sepanjang Juni 2019 dibanding bulan sebelumnya. Penjualan kendaraan Toyota baik dari pabrikan ke dealer (wholesales) maupun retail anjlok tajam masing-masing sebesar 36,4% dan 30,5%.
Berdasarkan data penjulan Toyota yang diterima Katadata.co.id menunjukkan, sepanjang Juni 2019 whole sales Toyota mencapai sekitar 18,5 ribu unit dengan penjualan retail yang sedikit lebih tinggi mencapai 22,1 ribu unit kendaraan. Penurunan terjadi di hampir semua varian kendaraan Toyota, seperti penjualan Avanza -26,6%, Rush -35,7%, Kijang Innova -29,1%, dan Calya-27,5%.
(Baca: Penjualan Mobil Murah pada Mei 2019 Turun 16,88%)
Executive General Manager PT TAM Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, penurunan penjualan kendaraan Toyota pada Juni 2019 disebabkan oleh jumlah hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Seperti diketahui, awal bulan lalu, umat Muslim merayakan Hari Raya Idulfitri. Hal ini kemudian juga diikuti oleh adanya libur panjang sehingga penjualan perseroan tak sebesar bulan biasanya.
Namun, selain faktor musiman, dia juga mengakui industri otomotif dalam negeri masih belum sepenuhnya menggeliat. Adapun target penjualan industri 1,1 juta unit kendaraan hingga akhir tahun, menurut dia, agak sulit terkejar.
Dia menyebut ada sejumlah faktor mempengaruhi pasar otomotif tahun ini, seperti momentum Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) serta efek perang dagang.
(Baca: Toyota Investasi Rp 28 Triliun untuk Bangun Mobil Listrik di Indonesia)
"Siklus Pemilu memang seperti ini, market biasa menurun. Tapi kali ini kelihatannya dampaknya lebih besar dan berkepanjangan. Belum lagi efek perang dagang yang membuat konsumen jadi wait and see," katanya kepada Katadata.co.id Selasa (2/7).
Dengan kondisi tersebut, dia pun berharap Toyota bisa bertahan sebagai pemimpin pasar dengan pangsa di atas 30% terhadap total penjualan mobil nasional. "Jadi dengan market seperti ini, kami berharap penjualan akan tetap sekitar 330 ribu unit," ujarnya.
Pasar Otomotif Stagnan
Penjualan mobil sepanjang 2019 diperkirakan tidak akan tumbuh setinggi tahun sebelum yang mencapai angka 1,15 juta unit. Daya beli masyarakat yang diproyeksikan akan pulih saat musim Pemilu, ternyata belum sekuat perkiraan pasar.
Biasanya, saat musim Pemilu konsumsi masyarakat akan tinggi. Apalagi di saat bersamaan pada kuartal lalu pemerintah menggelontorkan bantuan sosial. Asumsi itu ternyata tak terbukti karena pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2019 lebih rendah dari prediksi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian pada kuartal pertama 2019 hanya 5,07%. Sedikit lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu di 5,06%. Padahal, konsensus pasar memperkirakan angkanya mencapai 5,2%. Belum kuatnya konsumsi juga tercermin dari data penjualan mobil yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) selama kuartal pertama tahun ini.
Angkanya secara tahunan (year on year/yoy) turun 13,1% menjadi sebanyak 253.863 unit. Analis Bahana Sekuritas Anthony Yunus dalam laporannya pada Mei lalu mengatakan, pelemahan penjualan mobil terjadi, selain pelemahan konsumsi, juga karena menurunnya nilai rupiah dan harga komoditas.
(Baca: Duet Mobil Tiongkok Mengancam Dominasi Merek Jepang)
Ia memperkirakan angka penjualan mobil 2019 akan sama dengan tahun lalu. “Secara musiman, pada kuartal kedua ada sedikit perbaikan, dan pada kuarta keempat biasanya tumbuh lebih kencang, namun secara keseluruhan tahun ini, penjualan mobil diperkirakan belum akan mengalami kenaikan,” kata Anthony. Penjualan mobil, menurut dia, bisa naik hingga double digit, bila ekonomi tumbuh sekitar 7%.
Turunnya angka penjualan mobil juga dipicu persaingan ketat para produsen karena masuknya pemain dan varian baru. Harga-harga mobil saat ini cukup bersaing, seperti keluaran Wuling, Mitsubishi Xpander, dan Nissan.
Bahana memperkirakan sepanjang 2019, perang diskon untuk mendorong penjualan mobil akan berkurang signifikan karena para produsen mulai menjaga margin keuntungan. Astra International sebagai produsen mobil terbesar di Indonesia tak lagi gencar melakukan itu. Perusahaan mengambil strategi dengan mengeluarkan model terbaru Avanza dan Xenia.