Nama-nama Calon Menteri Muda Jokowi, dari AHY hingga Tsamara Amany
Wacana tentang sosok menteri dari kalangan usia muda disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu. Keberadaan menteri belia disebutnya akan memunculkan ide, gagasan kreatif, dan keinginan kuat untuk mengeksekusi solusi terhadap berbagai permasalahan bangsa.
Bahkan dalam sebuah sesi wawancara dengan Katadata pada Mei lalu, Jokowi sempat menyatakan sosok seperti Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia sebagai sosok yang perlu diberi kesempatan di posisi menteri. "Kami ingin ada sebuah kecepatan dalam pembangunan," kata Jokowi saat itu.
Meski demikian, bukan saja Bahlil yang digadang-gadang menjadi perwakilan usia muda di kabinet. Beberapa nama lain juga sempat muncul dari banyak sumber hingga partai politik. Yang teranyar, muncul pula nama gadis jenius asal Surabaya yakni Audrey Yu yang disodorkan oleh warganet untuk menjadi menteri Jokowi.
Dikutip dari berbagai sumber, nama-nama ini yang sempat beredar sebagai menteri dari kalangan muda:
Bahlil Lahadalia
Ketua Umum HIPMI ini tidak serta merta muncul ke jajaran politik nasional begitu saja. Bahlil datang dari latar belakang keluarga yang hidup susah di Papua. Bahkan, pada semester VI perkuliahannya, pria kelahiran Banda, 7 Agustus 1976 ini pernah menderita busung lapar.
Usai sakit, ia bertekad untuk mengakhiri kemiskinan dengan bekerja sebagai marketing asuransi hingga pegawai kontrak Sucofindo. Setelah lulus kuliah, Bahlil bersama beberapa temannya membangun perusahaan yang bergerak di bidang konsultan keuangan dan teknologi informasi (TI).
Belakangan Bahlil memutuskan untuk mengundurkan diri karena ingin mencari suasana baru dan membangun perusahaan yang berbeda dari yang selama ini ia tekuni. Setelah mengundurkan diri, Bahlil diberi dividen sebesar Rp 600 juta yang kemudian digunakannya sebagai modal untuk membangun perusahaan perdagangan (trading) kayu. Kini, perusahaan yang dirintisnya yakni PT Rifa Capital telah menjadi induk dari sepuluh perusahaan.
Bahlil juga terang-terangan mendukung Jokowi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Usai pencoblosan dan hitung cepat menyatakan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul atas pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Jokowi sempat menggoda Bahlil. "Adinda Bahlil ini kelihatannya cocok jadi menteri," kata Jokowi dalam Silaturahmi Nasional HIPMI, Mei lalu.
(Baca: Bahlil Lahadalia, Mantan Penjaja Kue yang Menuju Kursi Menteri Jokowi)
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini juga digadang masuk kabinet jika Partai Demokrat bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin. Sebelum menjadi Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat, Agus sebelumnya meniti karier di militer dengan pangkat terakhir mayor di Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning di Kodam Jaya.
Pemilik gelar Master of Public Administration dari Harvard Kennedy School ini mengawali kariernya sebagai Perwira Pertama Pusat Kesenjataan Infanteri pada 2000. Ia malang-melintang di infanteri sebelum pensiun dengan pangkat mayor pada 2015. Agus lalu terjun ke dunia politik dengan mengikuti Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 berpasangan dengan Sylviana Murni. Namun, pasangan ini kandas di putaran pertama melawan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
(Baca: AHY Sebut SBY Dukung Jokowi Tangani Masalah Pasca-Hitung Pilpres)
Nadiem Makarim
Nadiem sukses mencuri perhatian lewat aplikasi pemesanan transportasi Go-Jek. Nadiem memulai kariernya di McKinsey&Company pada 2006. Usai dari McKinsey, Nadiem lantas bergabung dengan Zalora yang bergerak di bidang e-commerce fashion. Pada 2012 ia mengundurkan diri untuk membesarkan Go-Jek yang saat itu menjadi mitra logistik Zalora.
Go-Jek terus tumbuh dan menjelma sebagai perusahaan rintisan dengan nilai kapitalisasi pasar US$ 1 miliar alias unicorn. Go-Jek juga merambah negara tetangga seperti Vietnam (Go-Viet) dan Thailand (Get) bahkan sebentar lagi diramal akan menjadi decacorn.
Figur Nadiem pun dipuji oleh Jokowi karena mengharumkan nama Indonesia melalui ekspansi Go-Jek di negara lain. "Teknologi anak bangsa sudah diterima masuk negara lain," kata Jokowi saat peluncuran Go-Viet, tahun lalu di Hanoi, Vietnam.
Tsamara Amany
Beredar pula nama Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany sebagai calon menteri Jokowi. Tsamara awalnya bekerja sebagai staf magang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok/BTP) saat menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta pada 2017.
Usai magang, alumni Universitas Paramadina itu lalu memutuskan bergabung dengan PSI dan bertarung sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2019 melalui Daerah Pemilihan DKI Jakarta II. Meski mendapat suara signifikan di dapilnya, rendahnya perolehan suara PSI se-Indonesia membuat wanita berusia 23 tahun ini harus menunda mimpinya menjadi legislator di Senayan.
(Baca: Pengusaha Minta Jokowi Umumkan Susunan Kabinet Sebelum Pelantikan)
Yenny Wahid
Putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, yakni Zannuba Arrifah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid) juga disebut-sebut sebagai calon menteri muda di kabinet Jokowi periode kedua. Perempuan kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974 ini pernah menjadi koresponden untuk media Australia, yakni The Sydney Morning Herald dan The Age. Ia ditugaskan di Timor Timur dan di Aceh.
Tulisannya tentang kondisi Timor Timur pascareferendum mendapatkan penghargaan Walkley Award. Peraih gelar Master of Public Administration dari Harvard University ini menjabat sebagai direktur Wahid Foundation sejak 2004.
Yenny tidak mau berkomentar banyak soal kabar namanya yang disebut sebagai salah satu menteri muda Jokowi. "Beliau (Jokowi) sudah tahu aspirasi kita semua menyangkut masyarakat ke depan, seperti apa yang harus kita perjuangkan. Bagi saya itu yang paling penting," kata Yenny seperti dikutip Liputan6.com.
Dito Ariotedjo
Partai pengusung yang terang-terangan menyebut nama adalah Golkar yang menyodorkan nama Ketua Umum DPP Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Dito Ariotedjo. Tidak tanggung-tanggung, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyampaikan langsung bahwa nama Dito diajukan ke Jokowi untuk dipertimbangkan sebagai menteri. "Semoga disetujui Pak Presiden," kata Airlangga.
Dito yang merupakan alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini tercatat aktif di berbagai organisasi, mulai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FHUI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), HIPMI, hingga berakhir di AMPI. Tahun lalu, Dito diberikan amanat oleh pemerintah sebagai Ketua Kontingen Indonesia di Youth Olympic Games 2018 di Buenos Aires, Argentina.
(Baca: Airlangga dan Bamsoet Bersaing Ketum Golkar, Restu Jokowi Jadi Penentu)
Angela Tanoesoedibjo
Nama Angela Herliani Tanoesoedibjo diajukan oleh Partai Perindo untuk masuk dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. Putri sulung Hary Tanoesoedibjo ini mengawali kariernya sebagai direktur MNC Grup pada 2016. Saat ini, Angela yang berusia 32 tahun merupakan direktur utama Global TV dan wakil direktur utama di RCTI. Di Partai Perindo, Angela menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal.
"Perindo pernah menyebut Angela Tanoesoedibjo, itu merepresentasikan anak muda yang dicari Pak Jokowi," kata Sekjen Perindo Ahmad Rofiq. Angela yang lulus dari Universitas New South Wales Australia dengan gelar Master of Commerce pada 2010 itu dinilai memenuhi persyaratan yang diminta Jokowi.
Angela maju sebagai caleg lewat Dapil Jatim 1 Surabaya-Sidoarjo dalam Pemilu 2019. Namun, langkah Angela menuju Gedung DPR tertahan lantaran perolehan suaranya hanya 2,67% atau di bawah ambang batas parlemen sebesar 4%.