PHK Massal 18 Ribu Pegawai, Apa yang Salah dengan Deutsche Bank?
Deutsche Bank mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pegawai besar-besaran, pada akhir pekan lalu. Sebanyak 18 ribu pegawai terkena PHK, atau 20% dari total pegawainya. Kebijakan tersebut mulai direalisasikan pada awal pekan ini.
BBC melaporkan, staf yang bekerja di divisi perdagangan saham (shares trading) di London, New York, dan Tokyo diberitahu bahwa mereka akan kehilangan pekerjaan. Begitu juga pegawai pada divisi yang sama di Sydney dan Hong Kong, seperti diberitakan Reuters.
Seorang juru bicara menyatakan keputusan tersebut bertujuan untuk membuat bank lebih ramping dan kuat. Deutsche Bank belum mengungkapkan detail PHK, namun bank akan menarik diri dari aktivitas terkait perdagangan saham, yang kebanyakan dilakukan di kantor London dan New York.
Deutsche Bank menyatakan PHK tersebut bagian dari strategi reorganisasi yang akan menelan biaya 7,4 miliar euro atau US$ 8,3 miliar (sekitar Rp 117 triliun) dalam tiga tahun.
(Baca: IMF Kategorikan Deutsche Bank Paling Berisiko di Dunia)
Mengutip The Guardian, ini kronologis permasalahan bank berusia 149 tahun tersebut:
1989-1999: Rencana Pendirian Bank Global
Bank yang berbasis di Frankfurt Jerman ini memulai periode ekspansi global dengan mengakuisisi Bank Morgan Grenfell di Inggris. Bank kemudian masuk ke pasar Eropa seperti Spanyol dengan membeli Banco de Madrid. Akuisisi merupakan bagian dari upaya untuk mencapai ambisinya sebagai pemain besar bank investasi.
Bank mengkonsolidasikan operasionalnya di AS menjadi satu untuk menghadapi raksasa Wall Street Goldman Sach, kemudian membangun pijakannya di AS dengan mengambil Bankers Trust seharga US$ 10 miliar.
2001: Masuk Bursa Efek New York
Deutsche Bank melantai di Bursa Efek New York dan memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama, tidak hanya di Wall Street tetapi industri perbankan global.
2004-2008: Peran Deutsce Bank dalam Krisis Subprime Mortgage
Di tahun-tahun menjelang kejatuhan perbankan, Deutsche Bank merupakan pemimpin untuk produk sekuritas berjaminkan piutang KPR (mortgage-backed securities/MBS). Perusahaan mengumpulkan piutang KPR dalam jumlah besar dan menjualnya kepada investor. Bank menjual MBS bermasalah hingga mulai berjudi dengan produknya sendiri.
Pada 2008, perusahaan mengumumkan kerugian 3,9 miliar euro. Ini merupakan kerugian pertamanya dalam 50 tahun. “Kami telah membuat kesalahan, semua orang melakukan kesalahan,” kata Chief Executive Josef Ackermann.
2009: Penggunaan Detektif Swasta