Rupiah Melemah Seiring Spekulasi Bunga AS dan Ketegangan Jepang-Korsel
Nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam dua hari perdagangan. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan pelemahan seiring spekulasi pemangkasan bunga acuan Amerika Serikat (AS).
"Faktor eksternal yang dominan terhadap pelemahan ini adalah spekulasi terhadap pemangkasan bunga bank sentral AS yang tidak agresif sehingga indeks dolar AS neningkat," ujarnya saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (9/7).
Saat berita ini ditulis, nilai tukar rupiah berada di posisi 14.127, melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya, atau total 0,31% dalam dua hari perdagangan. Meskipun, rupiah tidak melemah sendirian di Asia. Rupee India, misalnya, melemah 0,24%.
(Baca: Hingga Awal Juli 2019, Banjir Dana Asing Capai Rp 170 Triliun)
Bhima menjelaskan, investor mengantisipasi pemangkasan bunga acuan AS dengan mengalihkan dana ke instrumen yang aman, salah satunya dolar AS. Ini tercermin dari indeks dolar AS yang meningkat ke level 97,4 atau naik 0,66% dalam sepekan.
Faktor lain yang mendorong pelemahan rupiah yaitu memanasnya hubungan dagang Jepang dan Korea selatan (Korsel). "Dampak dari perang dagang yang meluas akan merugikan pasar keuangan di asia," ujar Bhima. Jepang dan Korsel dijadwalkan melakukan negosiasi dagang pekan ini.
(Baca: Ekonom Peringatkan Perang Dagang Jepang-Korsel Lebih Berisiko Bagi RI)
Selain itu, ia menyebut faktor domestik yaitu kekhawatiran akan laju ekonomi nasional. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melansir indeks keyakinan konsumen Juni turun. BI juga memangkas outlook pertumbuhan ekonomi kuartal II ke rentang 5,07-5,1%.
Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah berada dalam kisaran Rp 14.129 - Rp 14.180 per dolar AS pada perdagangan Selasa ini.