Kemenperin Genjot Industri Manufaktur yang Berorientasi Ekspor
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian bakal terus meningkatkan ekspor industri manufaktur. Sebab, industri pengolahan diklaim masih memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor nasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Januari-Mei 2019, ekspor sektor manufaktur tercatat sebesar US$ 51,06 miliar atau menyumbang 74,59% terhadap total nilai ekspor nasional.
“Secara volume, ekspor industri manufaktur kita mengalami peningkatan 9,8% dari Januari-Mei 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu. Selama ini industri manufaktur masih konsisten menjadi kontributor terbesar pada nilai ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sesuai keterangannya di Jakarta, Kamis (11/7).
Menurut dia, sejumlah sektor manufaktur yang berperan besar terhadap capaian ekspor hingga Mei 2019, adalah industri makanan US$ 10,56 miliar, disusul industri logam dasar US$6,52 miliar, serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$5,38 miliar.
(Baca: Kebutuhan Tinggi, Industri Karet dan Plastik Diprediksi Terus Tumbuh )
Adapun, industri makanan menyumbang 20,69% dari total ekspor industri pengolahan pada Januari-Mei 2019. Kemudian, industri pakaian berkontribusi terhadap nilai ekspor sekitar US$ 3,55 miliar dan industri kertas dan barang dari kertas US$ 3 miliar.
Pemerintah akan terus mendorong peningkatan investasi dan ekspansi di sektor industri. Dengan kapasitas produksi yang meningkat, tak hanya kebutuhan pasar domestik yang akan terpenuhi, tetapi juga diharapkan mampu mengisi kebutuhan pasar ekspor. Beberapa negara tujuan utama ekspor produk manufaktur nasional saat ini antara lain Amerika Serikat, China, Jepang, Singapura, dan India.
Airlangga juga mengungkapkan, pemerintah gencar menarik investasi sektor industri yang dapat menghasilkan produk substitusi impor. Langkah tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan.
Langkah yang digunakan untuk mendorong ekspor industri, di antaranya adalah dengan mempermudah izin usaha, pemberian insentif fiskal, penerapan online single submission (OSS), serta pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan vokasi.
(Baca: Ekspor Industri Oleokimia Diprediksi Capai Rp 73,8 Triliun di 2019)
Selain itu, Kemenperin memiliki peta jalan Making Indonesia 4.0 yang mendorong industri manufaktur nasional agar memanfaatkan teknologi. Peta jalan tersebut memacu inovasi produk yang berkualitas sehingga meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global.
Dengan langkah tersebut Airlangga pun optimistis target pertumbuhan industri nonmigas tahun ini bisa mencapai 5,4%. Sektor yang diproyeksikan tumbuh tinggi di antaranya industri makanan dan minuman 9,86%, permesinan 7%, tekstil dan pakaian jadi 5,61%, serta kulit barang dari kulit dan alas kaki 5,40%.