Menteri Enggar Lobi Tiongkok Terkait Hambatan Ekspor Pertanian

Rizky Alika
22 Juli 2019, 08:36
Suasana kegiatan ekspor impor di kawasan Tanjung Priok,  Jakarta Utara (28/6). Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor utama dan terbesar Indonesia dengan nilai US$ 9,55 miliar atau 15,13% dari total ekspor. Jumlah ini diikuti AS dengan nilai US$ 7,
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana kegiatan ekspor impor di kawasan Tanjung Priok,  Jakarta Utara (28/6). Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor utama dan terbesar Indonesia dengan nilai US$ 9,55 miliar atau 15,13% dari total ekspor. Jumlah ini diikuti AS dengan nilai US$ 7,25 miliar atau 11,49%, dan Jepang dengan nilai US$ 5,67 miliar atau 8,98%.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita melobi Tiongkok agar melonggarkan hambatan perdagangan terhadap komoditas ekspor Indonesia. Hambatan perdagangan tersebut terjadi pada produk pertanian dan perikanan.

“Pemerintah mengharapkan Tiongkok memberi kemudahan atas ekspor sarang burung walet, buah-buahan tropis seperti nanas, buah naga, alpukat, durian, serta produk perikanan,” kata Enggar seperti dalam siaran pers yang dikutip Senin (22/7).

Permasalahan tersebut disampaikan saat pertemuan bilateral dengan Minister of General Administration of Custom China (GACC) Ni Yuefeng di Kantor GACC Beijing, Jumat (19/7). Pertemuan ini merupakan rangkaian kegiatan kunjungan kerja Enggar ke Tiongkok pada 18—22 Juli 2019.

Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pembicaraan antara Presiden Yi Xin Ping dan Presiden Joko Widodo di Osaka, Jepang beberapa waktu lalu. Saat itu, Jokowi menyampaikan kesulitan dalam ekspor dan defisit perdagangan dengan Tiongkok yang cukup besar. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit perdagangan Indonesia-Tiongkok pada semester I 2019 mencapai US$ 9,23 miliar. Defisit tersebut melebar dibandingkan semester I 2018 sebesar US$ 8,26 miliar.

(Baca: Indonesia Perbesar Ekspor Burung Walet ke Tiongkok hingga Rp 500 M)

Tiongkok pun berjanji menindaklanjuti dan memberikan prioritas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk mempercepat proses, pihak Indonesia mengusulkan pembentukan joint working group.

Sebagai informasi, ekspor sarang burung walet pada 2018 tercatat sebesar 70 ton dengan nilai US$ 140,5 juta dari 21 perusahaan. Untuk meningkatkan ekspor sarang burung walet, tujuh perusahaan lainnya sedang dalam proses verifikasi untuk mendapatkan sertifikasi dan Certification and Accreditation Administration of the People's Republic of China (CNCA). Kehadiran Enggar di Tiongkok guna mempercepat proses sertifikasi tersebut.

Grafik:

Enggar juga mengajak importir sarang burung walet Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan penghasil utama sarang burung walet untuk diolah dan diekspor kembali ke Tiongkok, negara-negara ASEAN, dan Australia. Enggar menilai, investasi sarang burung di Indonesia akan memberi kemudahan atas produk makanan olahan sebagai persyaratan ekspor ke Tiongkok. 

Ekspor sarang burung walet, lanjut Enggar, merupakan komoditas prioritas yang berpotensi besar mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia terhadap Tiongkok. Hal ini mengingat tingginya nilai dari produk sarang burung walet dan produk turunannya.

(Baca: Pemerintah Didorong Dekati Tiongkok untuk Menekan Defisit Dagang)

Adapun total perdagangan Indonesia-Tiongkok periode 2018 tercatat sebesar US$ 72,67 miliar atau naik 23,48% dari total perdagangan 2017 yang sebesar US$ 58,84 miliar. Adapun total perdagangan Indonesia-Tiongkok pada Januari-April 2019 telah mencapai US$ 22,4 miliar.

Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...