Diterpa Isu Bangkrut, PT Pos Coba Bertahan dengan Digitalisasi Bisnis
Isu PT Pos Indonesia bangkrut menyeruak setelah beredar kabar perusahaan negara ini meminjam uang ke bank untuk membayar gaji karyawan. Namun, PT Pos segera menampik isu ini sembari mengungkapkan beberapa rencana adaptasi bisnis dengan perubahan yang ada.
“Kuncinya inovasi. Artinya PT Pos Indonesia harus adaptif melihat perubahan lingkungan,” kata Direktur Jaringan dan layanan Keuangan PT Pos Indonesia, Ihwan Sutardiyanta seperti dikutip Antara, Kamis, (25/7).
Sebenarnya, PT Pos merupakan salah satu perusahaan BUMN yang paling eksis. Perusahaan ini telah melalui berbagai masa, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Kantor pertamanya didirikan di Jakarta, saat masih bernama Batavia, pada 26 Agustus 1746 dan diresmikan langsung oleh Gubernur Batavia saat itu, Jendral G.W Baron van Imhoff.
(Tonton Video: 7 Fakta PT Pos Jauh dari Kebangkrutan)
Tujuan perusahaan ini didirikan sebagai tempat mengarsipkan surat-surat berharga penduduk yang berbisnis, terutama perdagangan di luar Jawa. Selain itu, kontak dengan Belanda membuat banyak masyarakat saat itu juga cukup sering untuk pergi atau datang dari Belanda, karenanya untuk mengamankan berkas-berkas mereka dititipkannya di kantor pos.
Dengan perannya saat itu, Kantor pos didirikan sebagai agenda pelayanan publik, belum diarahkan untuk tujuan komersial seperti saat ini. Empat tahun berdiri, kantor pos akhirnya dibuka juga di wilayah Jawa Tengah, tepatnya di Semarang untuk memudahkan konektivitas pelayanan yang tak hanya terpusat di Batavia saja.
Hingga hampir tiga abad berdiri, PT Pos telah berulang kali melakukan perubahan status perusahaan. Mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph, dan Telephone) pada 1875, Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel), Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) pada 1965, Perum Pos dan Giro di 1978, hingga PT Pos Indonesia sejak 20 Juni 1995. Saat ini PT Pos telah memiliki 58.700 titik layanan berupa kantor pos, agenpos, Mobile Postal Service, dan lainnya.
(Baca: Pos Indonesia Bantah Bangkrut, Targetkan Laba Tumbuh 39% Tahun Ini)
Inovasi PT Pos
Isu PT Pos Indonesia bangkrut juga karena bermunculannya spekulasi bahwa perusahaan yang telah jauh berumur tak mampu mengikuti arus dan bertransformasi dengan teknologi. Jika dulu pos masih eksis sebagai pemain utama pada sektor jasa kurir, namun kompetitornya kian bermunculan dengan berbagai tawaran. Perbandingannya terutama pada tarif yang diberlakukan dan kemampuan perusahaan menyelaraskan teknologi untuk kemudahan konsumen.
Selain menyediakan layanan kirim surat dan barang, PT Pos sempat menjadi tempat yang dipercaya masyarakat dalam pengiriman wesel. Namun, kehadiran sistem keuangan perbankan dan fintech rupanya ikut menggilas pundi-pundi pendapatan perseroan. Beberapa pesaingnya memang hadir dengan tarif yang lebih rendah.
Untuk mengirim uang Rp 1 juta melalui wesel pos dikenakan tarif termurah Rp 14.000 dengan jangka waktu pengiriman sehari. Ini jelas berbeda dengan layanan perbankan ataupun fintech yang bisa mengirim dan diambil dalam satu waktu (real time) dan bahkan bisa gratis. Agar bisa bersaing, PT Pos harus bertransformasi ke digital.
Sejak Oktober tahun lalu PT Pos telah melakukan transformasi, salah satunya dengan meluncurkan produk pembayaran elektronik. Tak hanya itu, hampir semua layanannya disinggungkan dengan penggunaan teknologi, mulai dari pelayanan logistik hingga keuangan.
(Baca: Strategi Pos Indonesia untuk Tingkatkan Kinerja Keuangannya Tahun Ini)
Meski begitu, perkembangan sistem pembayaran yang terus berkembang membuat perseroan mempersiapkan agenda baru. Rencananya PT Pos juga akan melebarkan layanan finansialnya demi memudahkan masyarakat mengakses. “Tren sekarang, orang mulai mager alias malas gerak. Ke depan, kami akan mendorong layanan finansial bisa diakses lewat berbagai saluran,” ujar Ihwan.
Direktur Komersial PT Pos Charles Sitorus mengatakan peluncuran berbagai layanan baru adalah upaya digitalisasi bisnis mereka, “Besar sekali potensinya, karena e-commerce masih tumbuh besar,” ujarnya.
Salah satu yang diluncurkan ialah aplikasi mobile M-Agenpos yang dapat diunduh melalui perangkat android. Aplikasi ini melayani berbagai jenis pembayaran melalui gawainya, tanpa harus datang ke kantor pos. Layanan meliputi pembayaran listrik, telekomunikasi, air bersih, tiket transportasi, premi asuransi, hingga Pajak Bumi Bangunan (PBB). Layanan ini juga mendukung pembayaran Wesel Instan Bayar dan layanan kurir oleh agenpos.
Berbarengan dengan peluncuran M-Agenpos, PT Pos memamerkan inovasi layanan kurir dengan menciptakan Contact Center Oranger. Layanan ini mempermudah masyarakat saat ingin mengirim (pick up) barang. Kurir PT Pos akan datang menjemput barang tersebut. Prosesnya dilakukan secara online.
(Baca: Kementerian BUMN Akan Rombak Model Bisnis Pos Indonesia)
Keberadaan e-commerce turut membantu memperpanjang napas usaha PT Pos, terutama usaha jasa kurir. Setelah jasa kirim surat kian surut dengan adanya e-mail, PT Pos memusatkan bisnisnya pada jasa pengiriman barang dengan menggandeng sejumlah e-commerce. Dengan ribuan kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, bisnis kurir merupakan memiliki potensi yang besar bagi perusahaan.
Untuk menunjang hal tersebut, PT Pos sedang menyiapkan anak usaha baru yang fokus pada layanan logistic e-commerce. “Namanya Pos Indonesia kurir. Nanti nama produknya pro kurir,” kata Direktur Bisnis PT Pos Logistik Indonesia, Rahmat Eka Haryanto.
Dia berharap rencana tersebut dapat terealisasi tahun ini. Perseroan pun telah melakukan penjajakan pasar dengan mempersiapkan sistem operasi. Dengan rencana tersebut, PT Pos optimistis dapat bersaing dengan dua perusahaan kurir terbesar di Indonesia, yakni JNE dan JNT.