Ada PLTU Mulai Beroperasi, PLN Butuh 109 Juta Ton Batu Bara di 2020
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memproyeksikan konsumsi penggunaan batu bara untuk kebutuhan listrik di Indonesia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 109 juta ton dari konsumsi tahun ini sebesar 97 juta ton. Manajer Perencanaan Sistem PLN Arief Sugiyanto mengatakan, konsumsi batu bara tahun depan bakal naik karena sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara di Jawa mulai beroperasi di akhir tahun ini.
Beberapa pembangkit listrik tersebut diantaranya PLTU Jawa 7 di Bojonegara dan PLTU Jawa 8 di Banten dengan kapasitas masing-masing 1.000 megawatt (MW) yang mulai beroperasi pada tahun ini. "Tahun depan di atas 100 juta ton karena pembangkit sudah banyak masuk. Jawa 7 satu unit tahun ini tahun depan satu unit lagi operasi, " ujar Arief saat ditemui di acara Gas Indonesia and Exhibition, Kamis (1/8).
Selain itu, penggunaan batu bara juga lebih ekonomis dibandingkan sumber energi lainnya. Bahkan jika dibandingkan dengan harga LNG yang sedang turun. "Paling murah banget US$ 10 cent lah per kwh, itu sudah paling murah. Jadi 6 cent per kwh harga batubara lawan 10 cent per kwh harga LNG," ujarnya.
(Baca: Pembangkit Listrik Gasib Resmi Beroperasi PLN Hemat Rp 25 M per Tahun)
Biarpun harga batu bara masih lebih murah ketimbang gas, namun Arief menyebut PLN masih tetap menggunakan gas bumi. Hanya saja gas bumi yang digunakan PLN berupa gas pipa bukan LNG. "Semua gas-gas pipa itu masih lebih murah dari LNG. Kalau gas pipe decline baru pertimbangkan pakai LNG," ujar Arief.
Harga batu bara memang belakang masih cukup rendah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) dengan kalori 6.322 kcal per kilogram pada Juli 2019 dipatok sebesar 71,92 per ton. Harga batu bara turun 13,2% dari bulan sebelumnya sebesar US$ 81,48 per ton.
Berdasarkan catatan katadata.co.id, HBA Juli 2019 ini merupakan yang terendah sejak November 2016. HBA sempat naik hingga menembus US$ 100 per ton pada 2018, namun kemudian berangsur turun. Pada Januari 2019, HBA tercatat berada di level US$ 92,41, kemudian turun menjadi US$ 91,80 pada Februari, dan turun lagi menjadi US$ 90,57 pada Maret. HBA pada April kembali turun menjadi US$ 88,85 per ton. Namun, HBA naik tipis menjadi US$ 89,53 per ton pada Mei. Per Juni, HBA kembali merosot menjadi US$ 81,49 per ton, dan semakin merosot ke posisi US 71,92 per Juli.
(Baca: Harga Turun, PLN Akhirnya Ambil Tambahan Lima Kargo LNG)