Kemenperin Sebut Kualitas Garam Lokal Rendah Karena Terbatasnya Lahan

Rizky Alika
7 Agustus 2019, 07:46
Petani memanen garam di Losarang Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/8/2019). Petani garam daerah tersebut mengeluhkan anjloknya harga garam dari harga Rp400 per kilogram menjadi Rp150 per kilogram.
ANTARA FOTO/DEDHEZ ANGGARA
Petani memanen garam di Losarang Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/8/2019). Petani garam daerah tersebut mengeluhkan anjloknya harga garam dari harga Rp400 per kilogram menjadi Rp150 per kilogram.

Kualitas garam lokal masih rendah sehingga sulit bersaing dengan impor.  Pemerintah menyatakan, hal ini dikarenakan jumlah lahan tambak petani yang masih terbatas sehingga mempengaruhi proses endapan dan pemurnian. 

"Petani-petani kita kepemilian lahanya kecil, 1-2 hektar. Jadi tidak mugkin melakukan pengendapan cukup lama," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Achmad Kemenperin Sigit Dwiwahjono dia di kantornya, Jakarta, Selasa (6/8).

Advertisement

(Baca: Di Bawah Target, 1,1 Juta Ton Garam Lokal Akan Diserap 11 Perusahaan)

Padahal, untuk proses pengendapan garam memerlukan 90% dari total luas lahan. Sedangkan untuk kristalisasi garam hanya membutuhkan 10% dari keseluruhan lahan tambak.

Salah satu contohnya, lahan di Nusa Tenggara Timur seluas 3 ribu hektar. Ini artinya, petambak tersebut hanya mampu menghasilkan garam sebanyak 300 ribu ton saja.

Minimnya luas lahan tambak juga memengaruhi tingkat kemurnian atau impuritas garam lokal. Menurutnya, impuritas garam lokal hanya mencapai 95%, sementara kebutuhan impuritas garam oleh industri Chlor Alkali Plant (CAP) mencapai 99%.

Oleh karena itu, garam lokal sulit diserap oleh industri lantaran tingkat kemurniannya yang tidak sesuai dengan standar industri. Dampaknya, impor garam untuk industri juga akan bertambah lantaran garam lokal belum bisa memenuhi kebutuhan industri. 

Industri pengguna garam terbesar saat ini di antaranya, untuk industri makanan dan minuman, farmasi, industri klor alkali (CAP), penyemakan kulit hingga industri pengeboran minyak.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement