Proyek Migas Kedung Keris Capai 75%, Produksinya Bisa Ditunda 2020
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan pembangunan proyek Lapangan Kedung Keris sudah mencapai 75 persen. Proyek tersebut pun bisa mulai berproduksi pada kuartal IV 2019.
Kepala Divisi dan Program Komunikasi Wisnu Prabawa Taher mengatakan estimasi produksi Kedung Keris nantinya akan mencapai 3.800 barel per hari (BOPD). "Progress EPC sudah 75 persen, masih on track untuk penyelesaiannya," ujar Wisnu kepada Katadata.co.id Jumat (9/8).
Biarpun begitu, Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurahman mengatakan lapangan tersebut tidak mesti berproduksi tahun ini. Sebab, hasil produksi Lapangan Kedung Keris akan disalurkan ke fasilitas produksi utama alias Central Processing Facility (CPF) Blok Cepu yang saat ini telah penuh dengan produksi dari Lapangan Banyu Urip.
(Baca: SKK Migas Dorong Produksi Minyak Blok Cepu Hingga 235 Ribu BOPD)
Kapasitas CPF Blok Cepu sebenarnya hanya sebesar 220 ribu BOPD, namun produksi minyak Lapangan Banyu Urip bisa lebih dari 220 ribu BOPD. ExxonMobil sebagai operator Blok Cepu pun tengah melakukan tes uji coba produksi maksimal (HRT) sebesar 225 ribu BOPD.
Fatar menyebut pihaknya bersama ExxonMobil akan melakukan diskusi lebih lanjut terkait produksi Kedung Keris. Salah satu opsi yang dibahas adalah rencana peningkatan kapasitas fasilitas produksi Blok Cepu hingga 235 ribu BOPD. "Nanti kami bahas dengan ExxonMobil, mungkin ada strategi, " ujar Fatar.
Saat ini Blok Cepu menjadi penopang utama produksi minyak bumi nasional. Dari data SKK Migas, realisasi produksi minyak siap jual (lifting) ExxonMobil di Blok Cepu hingga semester I 2019 mencapai 216.761 barel minyak per hari (bopd) atau 100% dari target lifting APBN. ExxonMobil selaku operator memegang hak kelola Lapangan Kedung Keris sebesar 45%. Kemudian ada PT Pertamina EP Cepu sebesar 45% dan sisanya dipegang Badan Usaha Milik Negara (BUMD).
(Baca: ExxonMobil dan BP Berau Penyumbang Lifting Migas Terbesar Semester I)