Terancam Resesi, Singapura Negara Penanam Modal Terbesar di Indonesia
Singapura terancam mengalami resesi ekonomi akibat dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Adapun saat ini, Singapura merupakan negara dengan investasi terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi asal Singapura pada semester pertama tahun ini mencapai US$ 3,43 miliar, turun signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 5,04 miliar. Kendati demikian, jumlah proyek yang digarap sebenarnya meningkat dari 4.276 proyek menjadi 5.348 proyek.
Dalam lima tahun terakhir, Singapura tercatat sebagai negara penanam modal terbesar di Indonesia. Pada 2014, total investasi Singapura mencapai US$ 5,8 miliar, lalu naik tipis menjadi US$ 5,9 miliar pada 2015. Pada 2016, investasi Singapura melesat menjadi US$ 9,2 miliar, lalu turun pada 2017 menjadi US$ 8,4 miliar. Sementara tahun lalu, investasi dari Singapura kembali meningkat mencapai US$ 9,2 miliar.
(Baca: Singapura Terancam Resesi Ekonomi Akibat Perang Dagang AS-Tiongkok)
Di bawah Singapura, Jepang menjadi negara investor terbesar kedua, disusul Tiongkok, Hongkong, dan Malaysia. Total investasi kelima negara tersebut pada semester I 2019 mencapai 73,58 persen dari total penanaman modal asing pada semester I 2019 yang mencapai US$14,19 miliar.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menjelaskan Singapura selama ini menjadi negara hub atau penghubung investasi. Banyak investor asal Tiongkok dan negara lain yang berinvestasi ke Indonesia melalui negara tersebut.
"Singapura saat ini salah satu negara terbesar yang menanamkan investasi ke Indonesia. Mereka selama ini menjadi hub, Tiongkok misalnya, masuk ke Indonesia lewat Singapura karena itu kita harus diversifikasi," ujar David kepada Katadata.co.id, Rabu (14/8).
(Baca: Singapura Resesi, Target Pertumbuhan Ekonomi Jokowi Terancam)
Menurut dia, di tengah ancaman resesi Singapura, Indonesia perlu mencari sumber negara investasi lain agar tetap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun ini. David pun memperkirakan pertumbuhan investasi tahun ini hanya mampu tumbuh di kisaran 5-6%.
"Untuk ekspor Indonesia dan Singapura tidak terlalu signifikan, memang ekspor sulit diharapkan tahun ini," kata dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nonmigas Indonesia ke Singapura sepanjang semester pertama tahun ini mencapai US$ 4,26 miliar, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 4,52 miliar.
Porsi ekspor nonmigas ke Singapura hanya 5,74% dari total ekspor nonmigas Indonesia.
Sementara impor Indonesia dari Singapura pada semester I 2019 mencapai US$ 4,07 miliar, turun dari periode yang sama tahun lalu US$ 4,8 miliar. Namun porsinya dari total impor nonmigas Indonesia hanya mencapai 6,33%.