Tiga Wanita Pendiri Startup Berbagi Kunci Sukses Menggaet Konsumen

Cindy Mutia Annur
18 Agustus 2019, 07:01
Warga memilih barang-barang belanjaan yang dijual secara daring di Jakarta, Kamis (18/7/2019). Pemerintah tengah mengupayakan pendekatan untuk memungut pajak dari kegiatan ekonomi digital yang dipastikan dengan pengenaan tarif pajak penghasilan dari setia
ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Warga memilih barang-barang belanjaan yang dijual secara daring di Jakarta, Kamis (18/7/2019). Pemerintah tengah mengupayakan pendekatan untuk memungut pajak dari kegiatan ekonomi digital yang dipastikan dengan pengenaan tarif pajak penghasilan dari setiap transaksi ekonomi digital akan tetap sama dengan kegiatan jual beli konvensional.

Industri kecantikan dan fesyen tampak semakin diminati oleh kaum hawa di era digital . Seperti halnya dengan kemunculan beberapa platform startup dan e-commerce di bidang tersebut seperti Female Daily,  Monomolly, dan Kooleet. Ketiga pendirinya tak sungkan berbagi kunci sukses menggaet konsumen dengan produk yang sesuai pasar. 

Bermula dari hobi menulis tentang kecantikan di blog, Co-Founder dan CEO Female Daily Hanifa Ambadar akhirnya memutuskan untuk mendirikan platform kecantikan melalui Female Daily Network (FDN) pada 2007. Platfrom itu menghadirkan fitur berupa editorial artikel hingga forum diskusi konsumen yang membahas review berbagai produk kecantikan. 

(Baca: Fesyen Lokal This Is April Akan Ekspansi ke Brunei dan Singapura)

Hingga akhirnya, perusahaa dapat memonetisasi konten dan community engagement, yang bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan agensi serta brand kecantikan.

Hanifa mengatakan, untuk mengetahui tren pasar dan konsumen di platformnya, perusahaan menggunakan beberapa perangkat riset digital. Mulai dari percakapan di media sosial, platform Google Analytics, hingga menelusuri kata kunci (keywords) yang tengah menjadi tren dibicarakan konsumen. 

"Bahkan, kalau di Female Daily itu kami ada direktori beauty platform sehingga kami tahu apa saja yang sedang dicari konsumen, mulai dari brand hingga konsep apa pun (mengenai kecantikan)," ujar Hanifa dalam Exabytes e-Commerce Conference di Jakarta, Rabu (14/8) lalu. 

Selain itu, perusahaan juga sering kali mengadakan acara bersama komunitas jaringannya melalui Female Daily Network yang diadakan rutin hampir setiap pekan. Acara itu diadakan dengan berbagai kegiatan untuk mengetahui minat dan ketertarikan konsumen mengenai produk kecantikan melalui sharing, survei online, FGD (focus group discussion), dan sebagainya. "Jadi banyak sekali cara untuk mendengarkan konsumen," ujarnya.

(Baca: Deretan Perempuan di Jajaran Pimpinan Startup Indonesia)

Dalam kesempatan yang sama, brand fesyen lokal perempuan yang dipasarkan online, Monomolly juga memaparkan strateginya untuk menggaet konsumen. 

Namun,  berbeda dengan sebelumnya, CEO Monomolly Monica Amadea mengatakan, perusahaan menggaet pasar konsumen dengan fokus menggunakan platfrom media sosial Instagram. "Kami melihat (pasar) dari permintaan dan kebutuhan mereka. Apalagi kami sekarang sudah memiliki followers (pengikut) yang cukup tinggi," ujar Monica. 

Tercatat, di akun Instagram monomolly.id,  sudah ada sekitar 164 ribu followers. Dari sanalah, Monica memanfaatkan interaksi online bersama para konsumennya. Ia mengatakan, sering kali konsumen melakukan konsultasi dan meminta tips kepada timnya mengenai produk pakaian mana yang cocok dengan bentuk tubuh mereka. 

Melalui interaksi itu, menurutnya, tim perusahaan juga bisa menilai produk apa saja yang bisa menjawab kebutuhan konsumen. Sehingga, Monomolly dapat mengeluarkan produk-produk fesyen yang sesuai dengan permintaan pasar untuk mendorong bisnisnya.

"Karena biasanya penjualan (produk kami) akan lebih tinggi dari pada produk yang hanya tren sesaat saja dan itu juga tidak akan menyelesaikan permasalahan si konsumen," ujarnya.

Brand fesyen lokal Koolet yang menjual tas dan tali kamera juga memiliki strategi yang sama. Founder of Koolet Ong Yiyin Widyadinata mengatakan, pihaknya kerap melakukan riset pasar konsumen melalui media sosial di Instagram. Melalui riset itu, perusahaan bisa mengetahui jenis tas dan tali kamera apa saja yang tengah diminati oleh konsumen sesuai tren. 

(Baca: Startup Desain Produk Ramah Alam Butuh Dukungan Modal dan Riset)

"Selain mendapat masukan dari konsumen, kami juga bisa menjalin hubungan dengan mereka. Karena mayoritas konsumen suka konsultasi sebelum membeli barang," ujar Yiyin.

Ia melanjutkan, konsumen biasanya memberi tahu tim di Instagramnya mengenai tas yang mereka miliki, kemudian tim akan memberi saran untuk memadu padakan tali kamera mana yang cocok.

Di samping via chatting, perusahaan juga sering menggelar voting melalui fitur di Instagram untuk melihat besaran minat konsumen melalui opsi produk-produk yang akan diluncurkan. "Jadi kami tahu nanti kami akan luncurkan produk yang seperti apa," ujar.  

Reporter: Cindy Mutia Annur
Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...