Harga Batu Bara Anjlok, Bukit Asam Efisiensi Kurangi Stripping Ratio
Harga batu bara yang mengalami tren penurunan telah mengakibatkan tergurusnya laba perusahaan batu bara. Untuk tetap mempertahankan kinerja perusahaan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melakukan upaya efesiensi dengan cara mengurangi stripping ratio.
Stripping ratio adalah perbandingan antara volume masa batuan yang dibongkar (lapisan tanah tertutup) dengan batu bara yang diambil. Kegiatan ini dinilai memakan biaya yang besar dalam kegiatan pertambangan.
"Kami melakukan selective mining, dengan cari tambang yang stripping rationya rendah. Itu yang bisa kami lakukan," ujar Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman, saat ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (27/8).
Perusahaan juga berencana akan merevisi Rencana Kerja dan Anggara Perusahaan (RKAP) semester II 2019. Revisi tersebut akan merubah harga batu bara yang tidak sesuai dengan asumsi awal, yaitu sebesar US$ 90 per ton, sedangkan harga batu bara saat ini berada di level US$ 70 per ton.
(Baca: PTBA Bagikan Dividen 75%, Totalnya Capai Rp 3,76 Triliun)
Namun untuk melakukan perubahan asumsi tersebut, PTBA saat ini masih menunggu persetujuan dari induk holding-nya, yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Perlu diketahui bahwa laba bersih perusahaan tergerus pada kuartal I yaitu sebesar 21% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu menjadi Rp 16,2 miliar. Laba usaha turun 30% menjadi Rp 20 miliar, pendapatan turun 7,5% menjadi Rp 75 miliar. Namun, beban usaha naik 18% menjadi Rp 53 miliar.
Harga batu bara dunia dan dalam negeri saat ini mengalami tren penurunan harga. Tren ini sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Misalnya saja harga batu bara Newcastle pada akhir tahun 2018 sebesar US$ 100 juta per ton, hingga Juli 2019 harga berangsur turun menjadi US$ 77 per ton.
Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang digunakan sebagai acuan penjualan batu bara kalori tinggi yakni 6.300 pun ikut terdampak. Pada Agustus 2018 HBA sempat menyentuh US$ 107,83 per ton. Mulai Oktober berangsur turun hingga Juli 2019 berada di level US$ 71,92 per ton. Setelah itu, naik tipis pada bulan ini menjadi US$ 72,67 per ton.
(Baca: Bukit Asam Naikkan Investasi Tahun Ini Jadi Rp 6,5 Triliun)