Impor Berkurang, Ekonom Proyeksi Neraca Dagang Agustus Surplus
Ekonom memperkirakan, neraca perdagangan Agustus surplus tipis. Salah satu faktornya adalah pertumbuhan impor yang diproyeksi melambat.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, surplus neraca perdagangan Agustus dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih besar dibanding ekspor. Karena itu, ia memprediksi neraca dagang Agustus surplus US$ 177 juta.
"Surplus ini dengan laju ekspor diperkirakan tumbuh melambat 4,11% secara tahunan. Sedangkan, laju impor tumbuh (lebih) melambat 10,55%," kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (16/9)
Josua mengatakan, penurunan impor minyak dan gas (migas) didorong oleh harga minyak mentah di pasar global yang menurun sekitar 4% secara bulanan. Selain itu, ia mencatat impor non-migas juga cenderung turun.
(Baca: Impor Konsumsi Juli Melonjak Gara-gara Bawang Putih dari Tiongkok)
Penurunan impor non-migas dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas manufaktur Indonesia. Hal itu terlihat dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) manufaktur yang melambat.
Lalu, investasi non-bangunan yang tumbuh moderat juga mempengaruhi perlambatan impor non migas.
Di sisi lain, volume ekspor non-migas diperkirakan cenderung meningkat. "Terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan," kata Josua.
Selain itu, peningkatan ekspor ditandai oleh naiknya PMI manufaktur global. Namun, harganya cenderung bervariasi.
Josua menilai, variasi harga ini tercermin dari harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) rata-rata naik sekitar 9% secara bulanan. Di sisi lain, harga batu bara cenderung turun 9% sepanjang bulan lalu.
(Baca: Neraca Perdagangan Juli 2019 Kembali Defisit US$ 60 Juta)
Pernyataan senada disampaikan oleh Direktur Riset CORE Pieter Abdullah Redjalam. Ia memproyeksikan, neraca perdagangan Agustus surplus tipis sekitar US$100 hingga 500 juta."Penyebabnya, perlambatan pertumbuhan impor yang lebih besar daripada ekspor," kata dia.
Pieter menuturkan, ada dua penyebab impor melambat lebih besar ketimbang ekspor. Pertama, faktor musiman pada Agustus secara historis impor memang melambat. Kedua, permintaan barang impor menurun mengikuti perlambatan ekonomi sebagaimana ditunjukkan oleh penjualan ritel yang menurun.
(Baca: Pangkas Defisit Neraca Dagang, Pemerintah Dorong Ekspor Hortikultura)