Meski Berisiko, Saham Startup di Bursa Terbukti jadi Buruan Investor
Beberapa perusahaan rintisan (startup), sudah menjadi perusahaan go public melalui skema penawaran saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO). Startup tersebut dinilai menarik karena menawarkan pertumbuhan kinerja yang signifikan, kendati mengandung risiko yang tinggi.
Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia, Alfred Nainggolan menyampaikan, secara historis, saham startup mempunyai nilai lebih karena pertumbuhan yang relatif tinggi dibanding perusahaan yang sudah mapan. "Tapi, pertumbuhan tinggi biasanya diikuti oleh risiko," kata Alfred di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (17/9).
(Baca: Hong Kong Rusuh, Alibaba Tunda Rencana IPO Senilai Rp 214 Triliun)
Menurutnya, meski banyak startup memiliki valuasi harga yang tinggi, fundamental dan labanya masih belum tentu tercapai. Sehingga, investor yang membeli saham startup umumnya adalah investor yang berani mengambil risiko.
Keputusan investor yang berani mengambil risiko tersebut dinilai karena terpengaruh maraknya perkembangan usaha startup baik di dalam maupun luar negeri. "Ini yang membuat risk taker nyaman. Apalagi Indonesia punya isu bonus demografi, sehingga model startup yang berelasi dengan penduduk, otomatis akan punya story yang cukup bagus," katanya.