Gejolak Harga Saham Produsen Rokok Diprediksi Berlanjut Hingga Oktober
Bahana Sekuritas menilai volatilitas harga saham produsen rokok akan berlanjut hingga Oktober mendatang. Volatilitas harga saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP) bakal dipengaruh oleh terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait cukai rokok.
Pemerintah memutuskan untuk menaikkan cukai rokok sebesar 23% dan harga eceran 35% mulai tahun depan. Keputusan tersebut diambil dalam rapat internal bersama Presiden Joko Widodo pada Jumat (13/9) lalu. "Namun, kita perlu melihat lebih rinci detail PMK-nya nanti," kata Analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin dalam rilis pada Kamis (19/9).
Menurutnya, rencana kenaikan cukai tersebut cukup mengejutkan pelaku pasar karena kali ini merupakan kenaikan cukai tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Namun, kenaikan tersebut bisa dimengerti karena pemerintah tidak menaikkan cukai rokok pada tahun ini.
Dengan begitu, kenaikan cukai tersebut bisa dihitung sebagai kenaikan cukai rokok pada tahun ini. Sebab, pemerintah biasanya menaikkan cukai rokok setiap tahun dengan kisaran 10% - 12%. Makanya Giovanni tidak melihat kemungkinan adanya kenaikan tarif cukai diatas 20% dalam beberapa tahun ke depan.
(Baca: Pengusaha : Kenaikan Cukai Bisa Dorong Peredaran Rokok Ilegal)
Dengan rencana kenaikan rata-rata tarif cukai itu, Bahana memproyeksi produsen rokok akan membebankan kenaikan tersebut kepada konsumen dengan menaikkan harga jual rata-rata sekitar 16% - 18%.
Bahana menilai Gudang Garam akan sedikit lebih sulit mengalokasikan seluruh beban kenaikan cukai rokok kepada konsumen karena konsumennya merupakan kalangan menengah-bawah. Bahana pun memberikan rekomendasi beli kepada Gudang Garam dengan target harga Rp 90.200/saham.
Untuk Sampoerna akan sedikit lebih leluasa menaikkan harga rokok karena portfolio produk rokok yang lebih berimbang. Alasan itu membuat Bahana memberi rekomendasi beli atas saham Sampoerna dengan target harga Rp 4.150/saham sebagai pilihan terbaik. Selain itu, perseroan juga memiliki arus kas (cashflow) yang lebih sehat untuk menopang dividen.
(Baca: Saham Sampoerna dan Gudang Garam Laris Dibeli Investor Asing)
"Saat ini, harga saham rokok secara valuasi sudah cukup atraktif. Namun, tekanan dan ketidakpastian masih akan ada hingga pemerintah mengeluarkan PMK detailnya," ujar Giovanni.
Seperti diketahui, saham Gudang Garam dan Sampoerna pada perdagangan awal pekan ini, Senin (16/9), terkoreksi cukup dalam karena dipengaruhi rencana pemerintah menaikkan tarif cukai rokok. Saham Sampoerna terkoreksi 18,21% menjadi Rp 2.290. Sementara, saham Gudang Garam terkoreksi 20,64% menjadi Rp 54.600 per saham.
Sebelumnya, Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan kenaikan tersebut akan memberikan kejutan negatif bagi pasar. “Karena cukai rokok per batang tidak pernah naik di atas 20% dalam 10 tahun terakhir,” ujar Christine dalam risetnya Jumat (13/9).
(Baca: Cukai Naik, Produksi Rokok Tahun Depan Diperkirakan Turun 15%)