KPPI Temukan Lonjakan Impor Produk Tekstil dari Tiongkok

Rizky Alika
20 September 2019, 11:06
Tekstil
Katadata | Arief Kamaludin
Ilustrasi, tekstil. Komite Penanganan Perdagangan Indonesia (KPPI) menyebut adanya lonjakan impor tekstil dari Tiongkok.

Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) mulai menyelidiki tindakan pengamanan perdagangan (safeguards) atas lonjakan impor produk tekstil. Dari bukti awal, KPPI menemukan adanya lonjakan volume impor sejumlah produk tekstil dari Tiongkok.

Tingginya impor produk tekstil dari Tiongkok itu pun disinyalir merugikan industri dalam negeri. "Ada indikasi awal mengenai kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami industri dalam negeri akibat dari lonjakan volume impor tersebut,” kata Ketua KPPI Mardjoko seperti dikutip dari keterangannya, Jumat (20/9).

Kerugian serius atau ancaman kerugian serius terlihat dari beberapa indikator kinerja industri pada 2016 hingga semester I 2019. Salah satunya kerugian finansial secara terus menerus akibat menurunnya volume produksi dan penjualan domestik.

Indikator lainnya adalah peningkatan persediaan akhir atau jumlah barang yang tidak terjual, dan menurunnya produktivitas dan kapasitas terpakai. Selain itu, ada penurunan jumlah tenaga kerja dan pangsa pasar industri dalam negeri.

Adapun produk yang diselidiki KPPI ialah kain, benang dari serat stapel sintetik dan artifisial, tirai, kerai dalam, kelambu tempat tidur, dan barang perabot lainnya. Penyelidikan berdasarkan permohonan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) selaku industri dalam negeri penghasil kain yang diajukan pada 12 September 2019.

(Baca: Pengusaha Harap Tambahan Tarif Bea Masuk Tekstil Berlaku Awal November)

(Baca: Asosiasi Tekstil Ungkap Penutupan Sembilan Pabrik Akan Bertambah)

Secara rinci, permohonan penyelidikan impor dilakukan pada delapan digit harmonized system (HS), yaitu impor kain sebanyak 107 jenis; impor benang dari serat stapel sintetik dan artifisial sebanyak enam jenis; serta produk impor tirai, kerai dalam, kelambu tempat tidur, dan barang perabot lainnya sebanyak delapan jenis.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik selama 2016—2018, volume impor kain terus meningkat dengan tren sebesar 31,80%. Pada 2016, impor kain tercatat sebesar 238.219 ton, kemudian pada 2017 naik menjadi 291.915 ton, dan terus naik menjadi 413.813 ton pada 2018.

Negara asal impor kain antara lain dari Tiongkok, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan. Volume impor kain terbesar berasal dari Tiongkok dengan pangsa impor sebesar 61,42% pada 2016, kemudian 63,61% pada 2017, dan 67,86% pada 2018.

Kemudian, volume impor benang (selain benang jahit) dari serat stapel sintetik dan artifisial juga mengalami peningkatan dengan tren sebesar 44,38%. Volume impor selama tiga tahun terakhir masing-masing sebesar 10.036 ton, 15.846 ton, dan 20.922 ton.

Negara asal impor antara lain Tiongkok, Thailand, Turki, Vietnam, dan India. Impor terbesar berasal dari Tiongkok, dengan pangsa impor pada 2018 sebesar 67,42%, kemudian pada 2017 sebesar 72,50%, dan pada 2016 sebesar 66,17%.

(Baca: Pacu Ekspor Tekstil, Pengusaha Minta Jokowi Pangkas Izin )

Di sisi lain, volume impor tirai, kerai dalam, kelambu tempat tidur, dan barang perabot lainnya juga meningkat dengan tren sebesar 147%. Pada 2016, volume impor produk tersebut tercatat sebesar 410 ton, kemudian 2017 melonjak 336,21% menjadi 1.788 ton, dan pada 2018 naik 39,87% menjadi 2.500 ton.

Negara asal impor produk tersebut adalah Tiongkok dan Singapura. Volume impor produk tersebut terbesar dari Tiongkok, dengan pangsa impor sebesar 60,49% pada 2016, kemudian 86,75% pada 2017, dan 90,53% pada 2018.

KPPI mengundang pihak yang berkepentingan untuk memberikan tanggapan paling lambat lima belas hari sejak dimulainya penyelidikan. Permintaan informasi terkait penyelidikan dapat disampaikan secara tertulis ke KPPI Kementerian Perdagangan.

(Baca: KEIN Sebut Impor Pakaian Bekas Dapat Mematikan Industri Tekstil)

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...