Trump Sanksi Bank Sentral Iran usai Serangan Kilang Minyak Saudi
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memerintahkan untuk meningkatkan sanksi pada bank sentral Iran ke level tertinggi. Hal ini dilakukan tak lama berselang dari serangan terhadap kilang minyak milik Arab Saudi.
Dikutip dari CNBC, Trump membuat pernyataan kepada para wartawan di Gedung Putih, di mana ia dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan bilateral.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin menjelaskan bahwa bank sentral adalah sumber dana terakhir Teheran. Saat ini, AS telah memotong seluruh sumber dana ke negara tersebut.
Trump, yang mengatakan sanksi itu diterapkan pada bank sentral Iran, mengatakan hukuman baru terhadap Iran menandai "sanksi tertinggi yang pernah dijatuhkan AS pada suatu negara."
Pernyataan Trump di Gedung Putih datang dua hari setelah dia mengumumkan melalui Twitter akan menginstruksikan Mnuchin "untuk secara substansial meningkatkan Sanksi pada negara Iran!".
(Baca: Delegasi Tiongkok Batal Kunjungan ke AS, Bursa Saham Global Merah)
Para pejabat AS, termasuk Mnuchin dan Sekretaris Negara Mike Pompeo menuding Iran mengatur serangan yang merusak instalasi minyak milik Arab Saudi pada akhir pekan lalu.
Iran membantah berada di balik serangan tersebut.
Departemen Keuangan AS memaparkan, sanksi yang diberikan Trump akan mempengaruhi Bank Sentral Iran, Dana Pembangunan Nasional Iran, dan perusahaan lain yang berbasis negara itu.
"Tindakan Departemen Keuangan menargetkan mekanisme pendanaan penting yang digunakan rezim Iran untuk mendukung jaringan terorisnya, termasuk Pasukan Qods, Hizballah, dan gerilyawan lain yang menyebarkan teror dan mengacaukan kawasan itu," kata Mnuchin dalam sebuah pernyataan.
(Baca: Iran Bantah Jadi Dalang Serangan ke Kilang Minyak Milik Arab Saudi)
Namun, sanksi tersebut menurut Ryan Fayhe, Pakar Hukum Sanksi Internasional Firma Hughes Hubbard & Reed tak akan banyak berdampak terhadap Iran.
Sementara dikutip dari Reuters, AS juga menambah pasukan mereka di Arab Saudi. Penambahan pasukan tersebut merupakan respons dari permintaan bantuan Kerajaan Arab Saudi.
Pentagon mengatakan penambahan pasukan tak mencapai ribuan dan hanya bersifat sebagai pencegahan.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa Pentagon mempertimbangkan untuk mengirim baterai anti-rudal, drone, dan lebih banyak jet tempur. AS juga mempertimbangkan untuk mempertahankan kapal induk di wilayah tersebut tanpa batas waktu.