BEI Sudah Coret Empat Emiten dari Bursa sejak Awal Tahun Ini

Image title
23 September 2019, 15:22
delisting saham, bursa, bursa efek indonesia
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI). Sepanjang tahun ini BEI telah mendepak empat emiten dari bursa, yaitu Bank Nusantara Parahyangan, Sekawan Intipratama, Grahamas Citrawisata, dan Bank Mitraniaga.

Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun ini telah melakukan penghapusan pencatatan perusahaan di pasar modal alias delisting terhadap empat perusahaan. Delisting tersebut disebabkan oleh dua alasan, yaitu adanya merger dan sudah disuspensi lebih dari 24 bulan.

Dengan dicabutnya status perseroan sebagai perusahaan tercatat, maka perusahaan-perusahaan tersebut tidak lagi memiliki kewajiban sebagai emiten seperti dulu. Jika perseroan ingin mencatatkan kembali sahamnya di pasar modal, maka proses pencatatan saham akan dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

1. Bank Nusantara Parahyangan

Perusahaan pertama yang menjadi go private tahun ini yaitu PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) pada 2 Mei 2019. Saham BBNP ini didelisting karena aksi korporasi dari pemegang sahamnya, yaitu MUFG Bank Ltd, untuk digabungkan (merger) dengan PT Bank Danamon Tbk (BDMN).

Berdasarkan catatan Katadata.co.id, merger tersebut dilakukan karena berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 39 Tahun 2017, MUFG Bank harus mematuhi kebijakan kepemilikan tunggal, yaitu salah satunya dengan melakukan penggabungan.

(Baca: Awal Mei, Bank Danamon dan Bank Nusantara Parahyangan Resmi Bergabung)

MUFG Bank telah secara efektif memiliki 40% saham di Bank Danamon sejak 3 Agustus 2018, dan sejak 2007 di BNP baik secara langsung maupun melalui entitas anaknya dengan total kepemilikan saham 75,5%. Bank Danamon bertindak sebagai bank yang menerima penggabungan. Dengan adanya merger ini MUFG Bank saat ini mengempit 94,10% saham Bank Danamon.

Saham bank Danamon sebelum efektif diperdagangkan sebagai perusahaan merger, tercatat berada di level Rp 7.100/saham yaitu pada 2 Mei 2019. Namun, setelah efektif diperdagangkan pascapenggabungan, sahamnya turun menjadi Rp 6.000/saham pada 3 Mei 2019. Sementara, hingga sesi pertama hari ini, Senin (23/9) saham BDMN berada di level Rp 4.710/saham.

2. Sekawan Intipratama

Saham berikutnya yang didelisting oleh BEI adalah PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) pada 17 Juni 2019 lalu. Hal ini dilakukan karena rencana bisnis perusahaan tersebut tak kunjung berjalan hingga waktu yang ditentukan oleh BEI.

Kegiatan usaha utama Perseroan, yaitu penambangan batu bara yang dilakukan oleh PT Indo Wana Bara Mining Coal (IWBMC) selaku entitas anak usaha, sampai dengan saat ini belum mulai berproduksi.

(Baca: Rencana Bisnis Tak Jalan, Saham Sekawan Intipratama Dihapus dari Bursa)

Dalam catatan Katadata.co.id sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan rencana produksi batu bara mengalami penundaan sejak April 2015 sampai dengan saat ini. BEI sebenarnya telah memberikan kesempatan kepada perseroan menunjukkan keseriusan kelanjutan bisnisnya.

"Namun, sampai dengan saat ini belum terealisasi sehubungan dengan kendala-kendala yang dihadapi Perseroan," kata Nyoman pada pertengahan Juni lalu di Gedung BEI, Jakarta.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...