Bursa Saham Domestik Tertekan Aksi Jual oleh Investor Asing
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,26% pada sesi pertama perdagangan Selasa, 24 September 2019. Hal ini terjadi seiring aksi jual oleh investor asing. Mengacu pada data RTI, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net foreign sell) sejak kemarin. Net foreign sell terpantau membesar pada Selasa ini.
Pada perdagangan sesi pertama, net foreign sell untuk keseluruhan pasar tercatat Rp 528,17 miliar. Sedangkan kemarin, net foreign sell Rp 269,61 miliar. Dengan demikian, dalam dua hari ini terjadi net foreign sell hampir Rp 800 miliar. Saham yang dilepas asing terpantau merata di berbagai sektor, tidak ada yang terlalu dominan.
Pada Selasa ini, saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terpantau paling banyak dilepas yaitu Rp 94 miliar, diikuti Bank Central Asia (BBCA) sebesar Rp 87,4 miliar, United Tractors (UNTR) Rp 41,7 miliar, dan Astra International (ASII) Rp 40 miliar, dan Telekomunikasi Indonesia (TLKM) Rp 33,2 miliar.
(Baca: Investor Saham Cemas Ketidakpastian Politik, IHSG Sesi I Anjlok 1,26%)
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan tekanan jual oleh investor asing, namun rangkaian demonstrasi di dalam negeri disebutnya sebagai faktor dominan. Meski begitu, ia menilai tak ada kepanikan yang luar biasa.
“Net sell hari ini tidak seberapa menunjukkan kepanikan. Terlihat penurunan (IHSG) juga mulai mereda,” ujarnya kepada katadata.co.id, Selasa (24/9). Meski begitu, ia melihat indikasi IHSG belum akan berbalik ke zona hijau pada sesi kedua perdagangan.
(Baca: Hari Ini, Ribuan Mahasiswa Kembali Gelar Demonstrasi di Depan DPR)
Di sisi lain, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwe menilai efek demontrasi di dalam negeri tidak terlalu dominan mempengaruhi aksi jual oleh investor asing. Ia melihat aksi jual lebih dipengaruhi kekhawatiran akan resesi menyusul lemahnya data ekonomi di zona Eropa.
Mengutip Marketwatch.com, PMI sektor manufaktur Jerman turun ke level 41,4, terendah dalam 10 tahun. PMI manufaktur zona Eropa juga melemah ke level 52, terendah dalam delapan bulan.
“PMI manufaktur yang turun banget itu mengindikasikan ada peluang resesi di Eropa, maka itu pasar agak terkoreksi,” kata dia.
Ke depan, ia menyebut ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi pasar saham, di antaranya laporan korporasi baik di AS maupun domestik, serta perkembangan perang dagang AS dan Tiongkok. Adapun perwakilan kedua negara akan kembali bertemu pada Oktober awal. “Seharusnya market bisa naik karena pertemuan ini positif untuk kedua negara,” ujarnya.