Ada Konflik Timur Tengah hingga Pemakzulan Trump, Harga Minyak Turun
Harga minyak menurun pada perdagangan hari ini (27/9), waktu Indonesia. Ada beragam sentimen yang mempengaruhi harga komoditas tersebut. Di antaranya konflik di Timur Tenggah hingga upaya pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah berjangka jenis Brent sempat naik 0,6% menjadi US$ 62,74 per barel pada penutupan perdagangan kemarin. Namun, harganya turun 0,54% menjadi US$ 62,4 per barel pada pukul 8.50 PM EDT atau 7.50 WIB hari ini.
Sedangkan minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun tipis, delapan sen menjadi US$ 56,41 per barel pada penutupan perdagangan kemarin. Hari ini, harganya turun 0,18% menjadi US$ 56,31 per barel pada pukul 8.55 PM EDT atau 7.55 WIB hari ini.
Harga minyak memang bergerak stagnan pada perdagangan kemarin. Salah satu sentimen negatif adalah upaya pemakzulan Donald Trump. "Pasar tidak suka pendakwaan, itu akan berpengaruh negatif bagi ekonomi AS dan perdagangan AS dengan Tiongkok," kata Analis Price Futures Group Phil Flynn dikutip dari Reuters, Jumat (27/9).
(Baca: Sempat Turun Karena Stok AS di Luar Dugaan, Harga Minyak Naik Tipis)
Karena itu, harga minyak sempat terpukul di awal sesi setelah Komite Intelijen DPR AS merilis versi rahasia dari laporan pengungkap fakta terkait upaya pemakzulan Trump. Presiden AS itu dituduh telah meminta bantuan Ukraina untuk mengalahkan rival politiknya pemilihan presiden 2020.
Faktor lain yang bisa membuat harga minyak turun adalah persediaan minyak di AS yang jauh melebihi perkiraan pasar. Selain itu, pemulihan pasokan minyak di Arab Saudi yang lebih cepat dari prediksi analis.
Pemerintah Arab Saudi berupaya mengembalikan kapasitas produksinya menjadi 11,3 juta barel per hari. Hal ini terkait serangan terhadap kilang Saudi Aramco pada 14 September lalu, yang berdampak pada setengah produksi minyak.
(Baca: Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah Sejak Kilang Arab Saudi Diserang)
Sedangkan yang menjadi katalis bagi harga minyak adalah Pentagon mengumumkan rencana AS untuk mengirim lebih banyak pasukan ke Arab Saudi. Pengumuman ini dilakukan setelah kilang minyak Saudi Aramco diserang.
Langkah itu dinilai mengintensifkan konflik di Timur Tengah. "AS mengirimkan peralatan militer ke Arab Saudi sehingga memengaruhi struktur harga," kata Analis Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.