Harga Ayam Naik, BI Catat Inflasi Pekan Pertama Oktober 0,02%
Bank Indonesia (BI) menyebut survei pemantauan harga yang dilakukan hingga pekan pertama Oktober 2019 mencatat terjadi inflasi sebesar 0,02% secara bulanan atau 3,1% secara tahunan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan terdapat kenaikan harga walaupun kecil pada sejumlah barang dan jasa pada pekan pertama Oktober. Ia merinci, kenaikan harga terjadi pada komoditas daging ayam sebesar 0,03% dan tomat sayur 0,01%.
Sementara, cabai merah masih tercatat mengalami deflasi 0,07%, cabai rawit 0,03%, bawang merah 0,07%, serta ayam ras 0,03%.
"Harga-harga masih terkendali karena inflasinya hanya 0,02% jika dibandingkan deflasi yang terjadi di bulan lalu," kata Perry di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (4/10).
(Baca: Survei BI: Konsumsi dan Tabungan Masyarakat Naik, Cicilan Utang Turun)
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau deflasi pada September 2019 sebesar 0,27%. Deflasi didorong oleh kelompok bahan pangan terutama harga cabai merah, bawang merah, dan ayam ras yang menurun.
Dengan besaran tersebut, tercatat inflasi sepanjang tahun ini (Januari-September 2019) tercatat sebesar 2,2%. Adapun inflasi tahunan tercatat sebesar 2,9%.
Sehingga Perry memperkirakan inflasi hingga akhir tahun masih akan sesuai dengan target. Target tersebut yakni di bawah titik tengah sasaran di bawah 3,5%, yang menunjukan inflasi terkendali.
Sementara terkait dengan data indeks keyakinan konsumen yang melemah pada September 2019, menurut Perry, angka yang dirilis sebenarnya masih mengindikasikan konsumen tetap optimis.
"Jadi kalau indeks di atas 100 berarti itu confidence, optimistis," katanya.
(Baca: Optimisme Konsumen Melemah pada September, Milenial Paling Pesimistis)
Ia pun menilai optimisme konsumen ini juga didukung oleh persepsi yang tetap positif terhadap kondisi saat ini maupun kondisi ke depan.
Sebelumnya, BI merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2019 yang menurun dari 123,1 pada bulan sebelumnya menjadi 121,8. Penurunan IKK terutama terjadi pada responden dengan pengeluaran Rp 2,1 juta hingga Rp 5 juta per bulan dan berusia 20-40 tahun atau masuk dalam kategori generasi milenial.
Berdasarkan survei tersebut, penurunan IKK terutama disebabkan oleh menurunnya indeks kondisi ekonomi saat ini sebesar 2,8 poin mennjadi 107,5 pada September 2019. Penurunan indeks tersebut seiring persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja yang menurun dan keyakinan konsumen membeli barang tahan lama.
Sementara itu, optimisme konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi ke depan membaik dibanding bulan sebelumnya dengan kenaikan indeks sebesar 0,2 poin menjadi 136,2. Kenaikan indeks terutama didukung oleh masih kuatnya ekspektasi terhadap penghasilan yang diterima dan ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang.