Mendag Enggar Waspadai Kenaikan Harga Pangan Jelang Akhir Tahun
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memperkirakan permintaan bahan pokok akan meningkat menjelang akhir tahun lantaran terdapat momentum Natal dan Tahun Baru. Ia pun khawatir akan timbul gejolak pada harga pangan terutama dengan musim kemarau yang masih berlanjut.
"Ada potensi kenaikan permintaan bahan pokok pada Natal 2019 dan Tahun Baru 2020. Kondisi cuaca juga masih belum kondusif untuk produksi pangan nasional," kata dia dalam rapat koordinasi nasional (rakornas) barang kebutuhan pokok di Malang, Jumat (4/10).
Prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, sebagian besar wilayah di Indonesia masih mengalami tingkat hujan rendah—menengah, khususnya di daerah sentra produksi pangan seperti Sumatera bagian selatan, pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan. Kondisi tersebut terjadi selama akhir September hingga minggu III Oktober 2019.
Enggar meminta pemerintah daerah, dan pelaku usaha turut mengantisipasi kecukupan pasokan bahan pokok di daerah. Menurutnya, pemerintah daerah berperan penting dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok.
(Baca: Kemarau Panjang, 454 Hektare Lahan Sawah di Lebak Gagal Panen)
Hal tersebut untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pangan masyarakat, serta kondusifnya iklim usaha bagi pelaku usaha pangan daerah. Selain itu, masyarakat perlu mendapatkan jaminan pemerolehan stok dengan harga yang terjangkau serta pelaku usaha mendapatkan keuntungan yang wajar.
Adapun, inflasi bahan makanan mengalami kenaikan. Pada September, inflasi bahan makanan mencapai 5,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut tertinggi dibanding kelompok pengeluaran lainnya.
Enggar menilai, kenaikan inflasi bahan makanan terjadi akibat kenaikan harga bawang putih dan gangguan pasokan impor dan cabe merah akibat faktor kemarau yang cukup panjang.
Secara nasional, rata-rata harga beras pada September 2019 cenderung stabil, hanya naik 0,07 persen dibanding bulan sebelumnya. Dari 82 kota pantauan indeks harga konsumen (IHK), harga beras di 55 kota stabil dan turun (67 persen). Kenaikan harga beras di atas 1 persen hanya terjadi di 11 daerah. Daerah-daerah yang perlu dicermati adalah Kota Metro yang harganya naik 4,59 persen; Purwokerto naik 3,56 persen; dan Cilacap naik 3,45 persen.
(Baca: Harga Cabai Turun, BPS Catat Deflasi 0,27% pada September 2019)
Sementara itu, perkembangan harga bahan pokok pada September masih terpantau stabil, bahkan cabe dan bawang sudah cenderung turun dibanding bulan sebelumnya. Untuk bahan pokok lainnya, daging sapi masih stabil di kisaran Rp 116.000/kg, minyak goreng curah Rp 10.350/liter atau setara Rp 11.500/kg, dan tepung terigu Rp 10.200/kg.
Untuk gula pasir turun 0,36 persen menjadi Rp 13.600/kg, telur ayam ras turun 4,04 persen menjadi Rp 23.600/kg, bawang putih turun 5,51 persen menjadi Rp 34.200/kg, daging ayam ras turun 5,79 persen menjadi Rp 31.500/kg, cabe rawit turun 18,45 persen menjadi Rp 57.900/kg, cabe merah turun 22,83 persen menjadi Rp 50.800/kg, dan bawang merah turun 20,05 persen menjadi Rp 21.500/kg.
Melalui rakor, Enggar berharap peran pemerintah daerah dalam meningkatkan koordinasi antarinstansi di daerah. Selain itu, pemerintah daerah diminta untuk mengawal kelancaran distribusi beras medium Bulog dalam program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) di pasar-pasar rakyat pada wilayah masing-masing.